“MENGAPA HARUS MANAHIJUSSADAT?”
“Manahijussadat”,
itulah nama yang diberikan KH. Rifai Arif (Alm), pendiri Pesantren Daar el
Qalam untuk pesantren yang didirikan oleh K.H. Sulaiman Effendi. Kata
“Manahijussadat” berasal dari sebuah kalimat dalam Mahfuzhat (Pepatah Arab)
“Usluk bunayya manahijassaadat, wa takhallaqanna biakhlaqil ‘aadaat”, yang
artinya “Wahai anakku, ikutilah jalan orang-orang mulia, dan berakhlaklah
sebagaimana akhlak orang-orang yang beradab”.
Perjalanan panjang dan berat dilewati, hingga akhirnya Sulaiman lulus dari
Gontor. Lulusan Gontor wajib mengabdi, dan mereka terbagi menjadi tiga
golongan: wajib mengabdi di Gontor, mengabdi di pondok alumni, atau bebas
memilih mengabdi di mana saja. Ust. Sulaiman termasuk golongan ketiga; bebas
mengabdi di mana saja. Ust. Sulaiman diajak oleh teman angkatannya untuk
mengabdi di Pesantren Daar el Qolam, Gintung.
Dengan
tekad yang bulat, Ia pun berangkat menuju daerah yang sama sekali asing. Tetapi
tekadnya sudah bulat; ingin mengabdi kepada umat dan bangsa Indonesia. Maka
mulailah episode baru kehidupan Ust. Sulaiman: mengabdi sebagai guru di
Pesantren Daar el Qolam.
Di Pesantren inilah, kepribadian Ust. Sulaiman lebih terbentuk. Sosok kharismatik K.H. Rifai Arif begitu berjasa dan berkesan. KH. Rifai adalah orang yang luar biasa hebat dalam mengkader orang. Ditumbuhkan kepercayaan diri kepada setiap orang, dikembangkan kemampuan mereka dengan memberi tanggung jawab sesuai dengan kemampuan masing-masing. Termasuk juga Ust. Sulaiman yang diberi tanggung jawab beberapa posisi strategis di pesantren.
Di Pesantren inilah, kepribadian Ust. Sulaiman lebih terbentuk. Sosok kharismatik K.H. Rifai Arif begitu berjasa dan berkesan. KH. Rifai adalah orang yang luar biasa hebat dalam mengkader orang. Ditumbuhkan kepercayaan diri kepada setiap orang, dikembangkan kemampuan mereka dengan memberi tanggung jawab sesuai dengan kemampuan masing-masing. Termasuk juga Ust. Sulaiman yang diberi tanggung jawab beberapa posisi strategis di pesantren.
Namun
demikian, keinginan mendirikan pesantren tetap membuncah di dada Ust. Sulaiman.
Keinginan itu begitu kuat, sehingga sampai terbawa ke alam mimpi, seakan beliau
berdiri di sebuah bukit yang tidak terlalu tinggi, di seberangnya sawah yang
menghijau dan kebun-kebun. Ada seseorang yang menghampiri dan menunjuk ke tanah
tersebut seakan menunjukkan, di sanalah tempat untuk pesantrenmu.
Suatu
hari, Ust. Sulaiman diminta untuk memberikan khutbah Jum’at di Komplek Bank
Indonesia. Salah seorang jamaah di masjid tersebut, yang kebetulan mempunyai
nama yang sama, Sulaiman tiba-tiba mendekati dan mengutarakan maksudnya untuk
memberikan wakaf berupa perhiasan yang jika ditotal nilainya sekitar Rp
6.000.000. Kata Bapak Sulaiman, ini saya berikan kepada Ustadz untuk membeli
tanah yang akan didirikan sebagai pesantren. Ust. Sulaiman langsung bersyukur
dan berkata dalam hati bahwa inilah jalan yang dibuka Allah untuk mendirikan
pesantren.
Hingga
beberapa hari kemudian, datanglah kawannya yang menawarkan informasi penting
ada orang yang mau jual tanah di daerah Lebak, Rangkasbitung. Dan ternyata,
setelah disurvey, tanah itu persis seperti apa yang diimpikan Ust. Sulaiman.
Tanah seluas 5000 meter itu sudah bersertifikat lengkap. Tanah itu ditawarkan
Rp 6.000.000, persis seperti yang diberikan oleh Bapak Sulaiman. Tanpa berpikir
panjang lagi, Ust. Sulaiman lalu membeli tanah tersebut. Mulailah episode baru
membangun pesantren. Pesantren Manahijussadat akhirnya berdiri. Dimulai dengan
menerima beberapa orang santri, pesantren ini terus berkembang pesat hingga
sekarang. Pembangunan terus bertambah, sarana prasarana juga terus
dikembangkan. Bermula dari beberapa santri, pesantren ini sekarang berkembang
hingga sekitar 700 santri.
Salah
satu pesan penting KH Sulaiman Effendi yang rasanya perlu untuk diteladani
adalah; perbanyak silaturahim. Silaturahim akan membuka berbagai kemungkinan.
Silaturahim akan membuka pintu-pintu rezeki yang sebelumnya mungkin tidak
pernah kita sangka dan kita duga.
No comments:
Post a Comment