Wednesday, March 30, 2016

WISUDA PONPES MANAHIJUSSADAT 14

Bedah Buku


BEDAH BUKU AYAT-AYAT CINTA 2

Berdasarkan undangan dari  Pondok Pesantren Modern La Tansa Parakansantri Cipanas Kab. Lebak Banten berkenaan agenda bedah buku ayat-ayat cinta 2 dan pelatihan jurnalistik dasar dengan pembicara Habiburrahman El Shirazy yang sekaligus pengarang buku tersebut di atas. Adapun kegiatan tersebut dilaksanakan pada :

Hari                      : Selasa
Tanggal                 : 29 Maret 2016
Waktu                   : Pukul 08.00 WIB s/d selesai
Tempat                 : Pondok Pesantren Modern La Tansa Parakansantri Cipanas Kab. Lebak

Untuk itu Pimpinan Pondok Pesantren Modern Manahijussadat Serdang Al-Ustadz Drs. KH. Sulaiman Effendi, M.Pd.I tidak menyia-nyiakan kegiatan tersebut. Beliau mengutus team redaksi “Majalah Sabrina” yang merupakan majalah kebanggaan Pondok Pesantren Modern Manahijussadat. Adapun yang diutus adalah : Ust. Yudi Nurhadi, S.Ag (selaku Pimpinan Redaksi), Ust. Muhamad Panur Shobirun, S.Pd.I, Ust. Hidayatulloh,S.Pd.I, Ustz. Siti Mulyani, S.Hum, dan Ustz. Nadila Nur Azizah.

Kehadiran dalam Kegiatan bedah buku ini sekaligus bertujuan  untuk mengasah kemampuan menulis bagi redaksi “Majalah Sabrina”. Dan alhamdulillah team redaksi “Majalah Sabrina” berhasil mewawancarai pengarang kondang tersebut. Dan hasil wawancaranya....tunggu tanggal terbitnya di Majalah Sabrina Pondok Pesantren Manahijussadat. 





Tuesday, March 29, 2016

Tausiyah



Sebesar Keinsyafanmu,
Sebesar Itu Pula Keuntunganmu
Oleh Drs. KH. Sulaiman Effendi, M.Pd.I
            


Dari teman-teman yang berkunjung ke pondok ini, banyak sekali saya mendapat pertanyaan yang nadanya hampir sama. Yaitu “Bagaimana cara meraih sukses membangun pesantren sehingga bisa seperti manahijussadat yang sekarang ini?”
Padahal dalam hati saya menyatakan bahwa untuk sebuah perjuangan,  pesantren ini belum pantas dikatakan maju, masih banyak perjuangan para pendahulu kita yang sudah berbuat lebih banyak untuk agama dan bangsa ini.



Barangkali mahfudzot (kata mutiara) :
بقدر ما تعتني تنال ما تتمنى   
adalah jawaban yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan di atas


Dari mana tumbuhnya keinsyafan itu ?
Saya dan adik saya dibesarkan di tengah-tengah keluarga petani, ayah pergi kesawah atau berkebun setiap hari. Ketika ibu mempunyai bayi, ayah pergi ke sawah atau kebun sendirian. Kebiasaan ayah mengajak saya membantunya pada hari libur sekolah (pada hari Minggu). Padahal saya juga ingin bermain-main di hari libur sebagaimana anak-anak yang lain.
            Tidak banyak memang pekerjaan yang dapat saya lakukan untuk membantu orang tua di kebun, kecuali mengumpulkan buah kelapa yang jatuh dari pohonnya yang berserakan di semak-semak, yang tandannya dipotong oleh ayah dari atas pohon yang tingginya sekitar 4 atau 5 meter.
Ketika sore hari pun pulang dengan membawa buah kelapa menggunakan sepeda ontel yang sarat dengan buah kelapa yang telah di kupas, melalui jalan semak-semak dan jalan yang tak pantas dilalui sepeda. Disinilah tenaga saya dibutuhkan ayah, untuk mendorong sepedanya dari belakang agar ayah tidak terlalu berat mendorong sepeda sendirian menuju agen kelapa yang akan membeli hasil memanjat kelapa kami ini.
Disaat mendorong sepeda seperti ini, saya melihat ayah mengeluarkan tenaga yang sangat melelahkan, sehingga dari tangan kanan ayah (karena tangan kiri memegang stir sepeda) yang memegang bagian belakang sepeda, saya melihat keringat yang berkucuran sepanjang perjalanan.
Dalam hati saya berkata, “Inilah pekerjaan ayah setiap hari, hari ini Ayah masih beruntung, masih ada saya yang ikut membantu mendorong dari belakang, bagaimana di hari-hari saya sekolah? pasti Ayah lebih banyak mengeluarkan tenaga dan lebih banyak mengeluarkan keringat setiap hari untuk menafkahi anak-anaknya".
Pikiran saya pun menerawang jauh kedepan, kalau saya sudah dewasa nanti nasib saya pun akan seperti Ayah. Maka timbul lah saat itu keinsyafan dalam hati saya untuk merubah nasib, saya nanti tidak boleh seperti Ayah, saya harus bisa merubah nasib. Saya ingin belajar yang lebih serius nanti setelah tamat dari SD. Saya yakin bahwa inilah yang dapat merubah nasib saya. Inilah sebuah kesadaran dan keinsyafan yang kuat dan mendalam yang mendorong saya untuk meninggalkan kapung halaman melanjutkan sekolah di lembaga pendidikan pondok pesantren Gontor. Yang sarat dengan rintangan dan ujian.
Keinsyafan ini jualah yang mendorong saya untuk serius dan bersungguh-sungguh dalam setiap langkah, baik saat menuntut ilmu di Gontor ataupun di saat merintis dan memperjuangkan pondok pesantren Manahijussadat sampai saat ini. Sehingga setiap hambatan dan rintangan tidak pernah membuat semangat saya melemah untuk meraih kemajuan dan keberhasilan.
            Keinsyafan yang  mendalam seperti ini membuat saya berprinsip bahwa tidak boleh ada kegagalan dalam perjuangan. Bila kita mau memperjuangkan sesuatu dengan all out, pasti keberhasilan, kemajuan serta perubahan bisa kita peroleh.
    والذين جاهدوا فينا لنهد ينهم سبلنا
Dan adapun orang-orang yang bermujahadah/berjuang di jalan kami (Allah) maka kami akan menunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami.