(Drs. KH. Sulaiman Effendi, M.Pd.I)
Pengasuh Pondok Pesantren Modern Manahijussadat Serdang
Pendidikan pondok sangat mementingkan semangat ukhuwah islamiyah dalam segala aktivitas, sehingga semangat ini mewarnai kehidupan santri
dimasa ia belajar di dalam pondok.
Bahkan semangat yang positif ini berkembang sampai keluar pondok setelah santri
hidup di tengah-tengah masyarakat luas, sehingga menjadi modal dan kekuatan
bagi santri untuk berkiprah di arena perjuangan yang lebih luas.
Aktivitas santri 24 jam yang
selalu dilaksanakan dengan bersama-sama seperti;
§ Tidur bersama-sama dengan teman (1 kamar 16 orang
sampai dengan 20 orang),
§ Makan bersama di dapur, di depan asrama atau di
saung-saung yang telah disediakan,
§ Berolahraga dan lari pagi secara bersama-sama,
§ Latihan Kepramukaan dengan beregu,
§ Klub-klub olahraga dan kesenian-kesenian yang
lainnya.
Semuanya
dilakukan dengan semangat kebersamaan sampai 6 tahun, tentunya menumbuhkan rasa
persaudaraan yang sangat mendalam, bahkan kesulitan-kesulitan hidup dirasakan
bersama-sama dapat memberikan bekas yang tak mungkin mudah dilupakan. Perasaan
senasib sependeritaan juga kesenangan dirasakan bersama-sama dapat mengikat
bathin dengan ikatan yang kokoh, sehingga teman yang senasib seperti itu
membuat santri lebih dekat satu dengan lainnya melebihi kedekatannya dengan
saudara sekandungnya. Sehingga santri memahami benar apa yang diungkapkan dalam
ungkapan kata mutiara :
رب أ خ لم تلد ه وا لد ة
”Banyak saudara yang tidak dilahirkan
oleh ibu kandung”.
Jiwa ukhuwah islamiyah ini pada
akhirnya membuat santri berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi kehidupan
dengan beragam fenomenanya, dengan keyakinan yang kuat karena ia merasa bahwa
ia tidak sendiri, dibelakangnya masih ada beratus-ratus teman yang akan
membelanya. Ia yakin pula bahwa ia tidak sendirian dalam menaklukkan tantangan
kehidupan.
Kegagalan seseorang sering
terjadi karena jiwa pesimis, ia merasa tidak mampu, ditambah lagi ia yakin
bahwa kesulitan hidup dan tantangan masa depan ia hadapi sendiri, ia tak tahu
betul bahwa kemampuannya tidak dapat memikul beban seberat itu, akhirnya ia
tidak bisa berbuat apa-apa dan ia pun tidak pernah menjadi apa-apa.
Jiwa ukhuwah islamiyah
menimbulkan motivasi, dalam hadits disebut انماالاعمال باالنيات ”Sesungguhnya pekerjaan itu ditentukan oleh niat”.
Seseorang dalam melakukan apapun
sangat tergantung dengan niatnya atau motivasinya. Jika motivasinya tinggi
sangat besar kemungkinan orang tersebut bisa meraih apa yang ia dambakan.
Manakala
niat setengah-setengah atau motivasinya lemah maka sulitlah baginya untuk
meraih apa yang ia inginkan. Ukhuwan islamiyah dalam kehidupan santri di alam
pondok pesantren dapat pula mengikis pelan-pelan jiwa egois yang merupakan
sifat yang sangat buruk bagi manusia dan sangat tidak disukai oleh agama,
karena agama menekan kepada kita untuk saling merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain, bahkan persaudaraan sesama muslim diumpamakan bagai satu tubuh.
مَثلَُ
الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ
الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ
بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى (ا لحديث)
Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam cinta mencintai, kasih
mengasihi dan sayang menyayangi bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggota
yang sakit, maka anggota lainpun ikut merasakannya (Al-Hadits).
Bersambung...
No comments:
Post a Comment