Sunday, March 27, 2016

Panca Jiwa Pondok

Panca Jiwa Pondok (Jiwa ke-4 Ukhuwah Islamiiyah)
(Drs. KH. Sulaiman Effendi, M.Pd.I)
Pengasuh Pondok Pesantren Modern Manahijussadat Serdang




Pendidikan pondok sangat mementingkan semangat ukhuwah islamiyah dalam segala aktivitas, sehingga semangat ini mewarnai kehidupan santri dimasa ia belajar  di dalam pondok. Bahkan semangat yang positif ini berkembang sampai keluar pondok setelah santri hidup di tengah-tengah masyarakat luas, sehingga menjadi modal dan kekuatan bagi santri untuk berkiprah di arena perjuangan yang lebih luas.
Aktivitas santri 24 jam yang selalu dilaksanakan dengan bersama-sama seperti;
§  Tidur bersama-sama dengan teman (1 kamar 16 orang sampai dengan 20 orang),
§  Makan bersama di dapur, di depan asrama atau di saung-saung yang telah disediakan,
§  Berolahraga dan lari pagi secara bersama-sama,
§  Latihan Kepramukaan dengan beregu,
§  Klub-klub olahraga dan kesenian-kesenian yang lainnya.

Semuanya dilakukan dengan semangat kebersamaan sampai 6 tahun, tentunya menumbuhkan rasa persaudaraan yang sangat mendalam, bahkan kesulitan-kesulitan hidup dirasakan bersama-sama dapat memberikan bekas yang tak mungkin mudah dilupakan. Perasaan senasib sependeritaan juga kesenangan dirasakan bersama-sama dapat mengikat bathin dengan ikatan yang kokoh, sehingga teman yang senasib seperti itu membuat santri lebih dekat satu dengan lainnya melebihi kedekatannya dengan saudara sekandungnya. Sehingga santri memahami benar apa yang diungkapkan dalam ungkapan kata mutiara :
رب أ خ لم تلد ه وا لد ة
Banyak saudara yang tidak dilahirkan oleh ibu kandung”.

Jiwa ukhuwah islamiyah ini pada akhirnya membuat santri berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi kehidupan dengan beragam fenomenanya, dengan keyakinan yang kuat karena ia merasa bahwa ia tidak sendiri, dibelakangnya masih ada beratus-ratus teman yang akan membelanya. Ia yakin pula bahwa ia tidak sendirian dalam menaklukkan tantangan kehidupan.
Kegagalan seseorang sering terjadi karena jiwa pesimis, ia merasa tidak mampu, ditambah lagi ia yakin bahwa kesulitan hidup dan tantangan masa depan ia hadapi sendiri, ia tak tahu betul bahwa kemampuannya tidak dapat memikul beban seberat itu, akhirnya ia tidak bisa berbuat apa-apa dan ia pun tidak pernah menjadi apa-apa.
Jiwa ukhuwah islamiyah menimbulkan motivasi, dalam hadits disebut انماالاعمال باالنيات      ”Sesungguhnya pekerjaan itu ditentukan oleh niat”.
Seseorang dalam melakukan apapun sangat tergantung dengan niatnya atau motivasinya. Jika motivasinya tinggi sangat besar kemungkinan orang tersebut bisa meraih apa yang ia dambakan.
Oval: 2Manakala niat setengah-setengah atau motivasinya lemah maka sulitlah baginya untuk meraih apa yang ia inginkan. Ukhuwan islamiyah dalam kehidupan santri di alam pondok pesantren dapat pula mengikis pelan-pelan jiwa egois yang merupakan sifat yang sangat buruk bagi manusia dan sangat tidak disukai oleh agama, karena agama menekan kepada kita untuk saling merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, bahkan persaudaraan sesama muslim diumpamakan bagai satu tubuh.
مَثلَُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى (ا لحديث)
Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam cinta mencintai, kasih mengasihi dan sayang menyayangi bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggota yang sakit, maka anggota lainpun ikut merasakannya (Al-Hadits).

Bersambung...
















No comments:

Post a Comment