Sunday, March 27, 2016

Tahfidzul Qur'an



Program Tahfidhul Qur’an

Cetak Santri GAUL 
(Generasi Alim Ulama)



Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkannya”  (HR. Bukhori).  Hadits tersebut  menjadi sebuah motivasi besar dan pondasi awal berdirinya program Tahfidzul Qur’an di Pontren Manahijussadat. Sebagaimana harapan Pimpinan Pondok, Drs. K.H. Sulaiman Effendy M.Pd.I mengatakan bahwa salah satu tujuan didirikannya Program Tahfidzul Qur’an adalah guna mencetak santri yang cinta Al-Qur’an, berjiwa Qur’ani, dan dapat mengimplementasikan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
            Allah S.w.t pun berjanji di dalam Al-Qur’an, bahwa Al-Qur’an  akan selalu dijaga selamanya. Dan siapa lagi yang menjaga Al-Qur’an jika bukan kita sebagai Umat Islam yang sudah digariskan menjadi umat terbaik sepanjang zaman.“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Qs. Al-Hijr : 9).
Motivasi Sang Guru
Tiada kesuksesan besar tanpa do’a dan motivasi dari Guru, apapun cita-cita yang dimiliki seseorang, Do’a guru sangatlah penting demi mewujudkan harapan masa depan. Termasuk dalam hal menghafal Al-Qur’an. Perhatikanlah kisah Abu Hurairah yang mengeluh kepada Nabi Muhammad S.A.W. tentang lemahnya menghafal ilmu pengetahuan. Dengan Do’a Sang Guru yaitu Rasulullah sendiri, Abu Hurairah mampu menghafal Hadits yang selalu diucapkan oleh Rasul. Bahkan satu kali mendengar Hadits, ia langsung hafal dengan baik.
Atau Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk Konstantinopel saat berusia 24 tahun, salah satu keberhasilannya adalah do’a dan motivasi Gurunya. Begitu juga dengan para pembimbing Tahfidzul Qur’an di Pontren Manahijussadat, yaitu Ustadz Yusuf Ma’zumi dan Ustadz Ahmad Zakiyudin yang selalu menanamkan motivasi KH. Abdullah Ahmad Zaini Lc.Q, seorang Guru Besar Tahfidzul Qur’an dari MTA Al-Amien Madura.
Yang selalu beliau ungkapkan adalah Nasehat para Ulama yang mengatakan bahwa “Al-Qur’an menyertai kehidupan kita yang selalu berulang-ulang”. Beliau juga mengatakan, “jangan sekai-kali bilang tidak mampu Menghafal Al-Qur’an, kalau setiap hari yang kamu kerjakan hanya TIDUR, NGOBROL, MALAS, tanpa berusaha sedikitpun”.
Kemudian Beliau juga menambahkan, Seorang penghafal Al-Qur’an harus bersandar pada Alquran surat An-Najm ayat 39-41, “dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna”.

            Sekilas Program Tahfidzul Qur’an Pontren Manahijussadat
            Tidak semua santri di Pondok Modern Manahijussadat terseleksi masuk dalam Program Tahfidzul Qur’an, begitupun tidak semua Anggota Tahfidz yang mampu bertahan lama mengikuti Programnya, hal ini membuktikan bahwa dalam menghafal Al-Qur’an dibutuhkan kesungguhan, tekad yang tinggi, serta niat yang tulus dari hati demi  menjaga kemurnian Al-Qur’an. Seleksi pun diadakan dengan ketat, dibutuhkan santri yang mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan disiplin yang tinggi mengikuti aturan di dalamnya.
            Waktu Tasmi’ (setoran hafalan)
            Waktu setoran hafalan santri sama halnya seperti program tahfidz pada umumnya yaitu Ba’da Shubuh hingga pukul 06 : 30 pagi untuk menambah hafalan, dan Ba’da Maghrib hingga menjelang Isya untuk muroja’ah (mengulang) hafalan. Untuk anggota Tahfidz Putri waktu hafalan ditambah dengan waktu Ashar, karena terkendala dengan haid yang tidak lain penambahan waktu tersebut untuk mengimbangi hasil hafalan dengan target yang sudah ditentukan. Hingga saat ini  santri yang mengikuti Program Tahfidzul Qur’an berjumlah 64 orang, 46 santriwati dan 18 santri putra.
            Target minimal Ziyadah (menambah hafalan)  satu hari adalah setengah halaman, target maksimalnya sesuai dengan kemampuan masing-masing santri. Al-Qur’an yang dipakai harus berukuran di dalamnya 1 juz berisi 20 halaman atau 10 lembar, agar santri mudah mengingat hafalan dan mengetahui letak ayat yang dihafal. Dengan demikian akan memudahkan proses muroja’ah hafalan, dengan pembagian 1 juz dibagi 4 kali setoran. Dengan 1 kali setoran muroja’ah harus 5 halaman.
            Kendala menghafal Al-Qur’an sangatlah banyak, seperti mengantuk, ngobrol, sakit, kesibukan-kesibukan menghafal pelajaran pondok, masalah internal peserta didik dan sebagainya. Karena mereka juga masih remaja, tentu mempunyai karakter yang labil dan belum bisa sepenuhnya fokus pada hafalan. Akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan Para Pembimbing Tahfidzul Qur’an agar mereka tetap pada tujuan menghafal 30 Juz.
 K.H Ibadillah salah seorang Kyai Hafidz PP.Al-Arafat Cirebon, setelah diwawancarai Sabrina mengatakan bahwa kendala menghafal Al-Qur’an sebenarnya adalah rasa malas dan kurangnya rasa cinta terhadap Al-Qur’an. Karena apa pun kendalanya, jikalau rasa malas sudah bisa diatasi dan rasa cinta terhadap Al-Qur’an sangat tinggi maka semua kendala menghafal dapat diatasi dengan baik.
            Manfaat menghafal Al-Qur’an
            Sangat banyak sekali manfaat yang didapat dari menghafal Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah wahyu yang mengandung Mu’jizat, maka kita sebagai Umat Nabi Muhammad S.A.W pun merasakan Mu’jizatnya selagi masih berpegang teguh terhadap Al-Qur’an dan Sunnahnya. Al-Qur’an akan menjadi penolong (syafa’at) bagi penghafalnya, dari Abi Umamah r.a, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah S.A.W bersabda, “Bacalah olehmu Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafa’at bagi para pembacanya (penghafalnya),” (HR. Muslim).
            Nabi S.a.w. memberikan amanat kepada para Hafidz dengan mengangkatnya sebagai pemimpin delegasi. Dari Abu Hurairah ia berkata, “telah mengutus Rasulullah S.a.w. sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian Rasul menguji hafalan mereka, kemudian satu persatu disuruh membaca apa yang sudah dihafal, maka sampailah pada sahabat yang paling muda usianya, beliau bertanya, “surat apa yang kau hafal? Ia menjawab, “Aku hafal surat ini, surat ini, dan surat Al-Baqarah. “benarkah kamu hafal surat Al-Baqarah?”. Sahabat menjawab“Benar”. Berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi”. (H.R. At-Turmudzi dan An-Nasa’i).
            Nikmat mampu menghafal Al-Qur’an sama dengan nikmat kenabian, bedanya ia tidak mendapatkan wahyu, “Barang siapa yang mambaca (hafal) Al-Qur’an, maka sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian, hanya saja tidak diwahyukan kepadanya.” (H.R. Hakim).
            Bagaimana Manfaat menghafal Al-Qur’an yang dirasakan oleh para santri. Berikut testimoni para anggota tahfidhul qur’an yang berhasil dihimpun Sabrina.
Kartika Aprillia (Santriwati kelahiran Bogor 21 April 1997  mampu menghafal 10 Juz dalam 1 tahun.)
Saya senang bisa menjadi bagian dari orang-orang Penghafal Al-Qur’an dan saya bisa lebih mengenal arti kesabaran, ketekunan dan perjuangan dalam hidup. Karena Orang yang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, akan tetapi dilalui dengan tantangan dan air mata.
Nura Ismi Laili (Santriwati kelas 3 Ext asal Bogor, hafal 8 Juz).
Menghafal Al-Qur’an tidak akan merugikan diri sendiri, dengannya kita akan memberikan mahkota atau jubah kemuliaan kepada orang tua kita kelak disaat semua orang banyak mengharapkannya, jika takut masalah tidak bisa menghafal tenang aja, karena Allah sudah berjanji akan memudahkan Al-Qur’an untuk dipelajari termasuk juga untuk dihafal.
Annisa Maharani (kelas 2 A asal Pandeglang, hafal 3,5 Juz).
Menghafal Al-Qur’an adalah hal yang menyenangkan, dengannya kita dapat menambah pengetahuan dan memberikan ketenangann jiwa dan hati. Menghafal Qur’an membutuhkan kesabaran dan kesungguhan, rasa jenuh harus dilawan dengan penuh kesabaran. Disaat saya berpikir bagaimana cara membahagiakan kedua orang tua, yang saya lakukan adalah saya harus lebih giat dan semangat untuk menghafal Al-Qur’an.
Ade Setiawan,  (Kelas 5 asal Cilegon, hafal 5 Juz).
            Dengan menghafal Al-Qur’an saya meyakini bahwa, seluruh kegiatan yang saya jalani di Pondok menjadi berkah, dan Al-Qur’an telah menjadi petunjuk kepada jalan yang benar. Jadikanlah Al-Qur’an sebagai awal dari segala aktivitas kita, jangan letakkan Al-Qur’an pada pekerjaan kita yang paling akhir, sehingga Al-Qur’an hanya mendapatkan tenaga sisa dari aktivitas sebelumnya yang melelahkan. (*/Mzm)



  Santri Pondok Pesantren Modern Manahijussadat sedang menghafal Al-Qur'an






No comments:

Post a Comment