(Drs. KH. Sulaiman Effendi, M.Pd.I)
Pengasuh Pondok Pesantren Modern Manahijussadat Serdang
Kehidupan dalam pondok diliputi suasana kesederhanaan. Sederhana bukan
berarti miskin atau melarat, tetapi didalam jiwa yang sederhana itu ada
kekuatan jiwa yang dapat menghadapi bermacam-macam cobaan dan tantangan.
Kesederhanaan adalah awal
dari budi pekerti yang mulia karena mengandung makna penguasaan diri yang kuat
dalam menghadapi bermacam keadaan.
Bahkan dibalik kesederhanaan
terpancarlah jiwa besar yang membuat
orang berani maju terus dan pantang mundur dalam menghadapi cobaan.
Kesederhanaan diterapkan dalam kehidupan pondok, diantaranya :
1. Berpakaian
Santri tidak diperbolehkan membawa atau membeli pakaian
(baju/celana/sepatu, dll) yang harganya mahal-mahal, yang penting pakaian
tersebut berfungsi untuk menutup aurat dan sopan. Tidak diperbolehkan pakaian
dengan model dan warna yang neko-neko. Apalagi yang berbau partai dan golongan
karena pondok berprinsip ”di atas dan
untuk semua golongan”. Santri yang mampu membeli sepatu atau kerudung yang
mahal tetap harus menahan diri, karena sesungguhnya yang mampu itu adalah
orangtuanya.
2. Makan
Santri makan 3 kali sehari dengan bayaran Rp. 480.000,-/bulan. Kok bisa
demikian? Demikian pertanyaan yang banyak muncul dari wali santri dan para tamu
yang datang ke pondok. Jawabannya adalah karena santri disuguhi makanan yang
sederhana dengan prinsip ”makan untuk
hidup dan bisa beribadah, bukan hidup untuk makan”. Walaupun sederhana
tetapi santri diberi lauk ikan, daging ayam, dan telur meskipun tidak setiap
hari. Sudah banyak usulan yang datang dari wali santri yang mampu secara
ekonomi mengusulkan kenaikan uang makan
yang lebih besar untuk meningkatkan menu makanan santri. Alhamdulillah sampai
saat ini tidak kita penuhi karena itu akan bertentangan dengan jiwa yang telah
kita tanamkan puluhan tahun di pondok ini.
3. Jajan
Santri diwajibkan menabung di BMT yang ada di pondok dan tidak boleh
memegang uang melebihi Rp. 20.000,-. Dengan demikian kita membatasi jajan
santri tidak melebihi Rp. 20.000,- setiap hari. Santri yang banyak jajan
biasanya belajarnya kurang dan apabila dia makan nasi maka makannya pun tidak
nafsu / tidak berselera. Akhirnya makannya terasa tidak enak, dan santri yang
seperti ini tidak betah di pondok, dengan alasan di pondok makannya tidak enak.
Oleh sebab itu saya selalu menasihat
santri : ”Kalau anak-anakku mau makan yang enak jadikan perutmu lapar dulu,
nanti semua makanan yang didapur itu akan terasa enak tapi bila perutmu kenyang
duluan karena jajan, semua makanan yang ada didapur menjadi tidak enak”.
Hidup
sederhana artinya hidup yang tidak berlebih-lebihan, dan hidup yang
berlebih-lebihan selalu mendorong kepada tabzir yang dilarang oleh agama. Dari
kesederhanaan akan muncul mental dan karakter yang kokoh dan mulia yang
merupakan syarat yang mutlak untuk mencapai keberhasilan hidup yang sarat
dengan tantangan.
|
”Orang yang sederhana selalu dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa menggantungkan hidupnya kepada orang
lain”.
Bersambung...
No comments:
Post a Comment