Sunday, March 27, 2016

Panca Jiwa Pondok

Panca Jiwa Pondok (Jiwa ke-2 Kesederhanaan)
(Drs. KH. Sulaiman Effendi, M.Pd.I)
Pengasuh Pondok Pesantren Modern Manahijussadat Serdang

Kehidupan dalam pondok diliputi suasana kesederhanaan. Sederhana bukan berarti miskin atau melarat, tetapi didalam jiwa yang sederhana itu ada kekuatan jiwa yang dapat menghadapi bermacam-macam cobaan dan tantangan.
Kesederhanaan adalah awal dari budi pekerti yang mulia karena mengandung makna penguasaan diri yang kuat dalam menghadapi bermacam keadaan.
          Bahkan dibalik kesederhanaan terpancarlah jiwa besar  yang membuat orang berani maju terus dan pantang mundur dalam menghadapi cobaan. Kesederhanaan diterapkan dalam kehidupan pondok, diantaranya :

1.   Berpakaian

Santri tidak diperbolehkan membawa atau membeli pakaian (baju/celana/sepatu, dll) yang harganya mahal-mahal, yang penting pakaian tersebut berfungsi untuk menutup aurat dan sopan. Tidak diperbolehkan pakaian dengan model dan warna yang neko-neko. Apalagi yang berbau partai dan golongan karena pondok berprinsip ”di atas dan untuk semua golongan”. Santri yang mampu membeli sepatu atau kerudung yang mahal tetap harus menahan diri, karena sesungguhnya yang mampu itu adalah orangtuanya.
  
2.   Makan

Santri makan 3 kali sehari dengan bayaran Rp. 480.000,-/bulan. Kok bisa demikian? Demikian pertanyaan yang banyak muncul dari wali santri dan para tamu yang datang ke pondok. Jawabannya adalah karena santri disuguhi makanan yang sederhana dengan prinsip ”makan untuk hidup dan bisa beribadah, bukan hidup untuk makan”. Walaupun sederhana tetapi santri diberi lauk ikan, daging ayam, dan telur meskipun tidak setiap hari. Sudah banyak usulan yang datang dari wali santri yang mampu secara ekonomi mengusulkan kenaikan  uang makan yang lebih besar untuk meningkatkan menu makanan santri. Alhamdulillah sampai saat ini tidak kita penuhi karena itu akan bertentangan dengan jiwa yang telah kita tanamkan puluhan tahun di pondok ini. 

3.   Jajan

Santri diwajibkan menabung di BMT yang ada di pondok dan tidak boleh memegang uang melebihi Rp. 20.000,-. Dengan demikian kita membatasi jajan santri tidak melebihi Rp. 20.000,- setiap hari. Santri yang banyak jajan biasanya belajarnya kurang dan apabila dia makan nasi maka makannya pun tidak nafsu / tidak berselera. Akhirnya makannya terasa tidak enak, dan santri yang seperti ini tidak betah di pondok, dengan alasan di pondok makannya tidak enak.
            Oleh sebab itu saya selalu menasihat santri : ”Kalau anak-anakku mau  makan yang enak jadikan perutmu lapar dulu, nanti semua makanan yang didapur itu akan terasa enak tapi bila perutmu kenyang duluan karena jajan, semua makanan yang ada didapur menjadi tidak enak”. 
           Hidup sederhana artinya hidup yang tidak berlebih-lebihan, dan hidup yang berlebih-lebihan selalu mendorong kepada tabzir yang dilarang oleh agama. Dari kesederhanaan akan muncul mental dan karakter yang kokoh dan mulia yang merupakan syarat yang mutlak untuk mencapai keberhasilan hidup yang sarat dengan tantangan.  

ما عا ل من ا قتصد

 

 



”Orang yang sederhana selalu dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa menggantungkan hidupnya kepada orang lain”. 

Bersambung...

 

No comments:

Post a Comment