KH. Sulaiman Effendi
Sukses Usaha Sapi Herbal
Oleh : Subkhan Rois
KH Sulaiman Efendi,
begitulah nama Beliau. Meskipun lahir di kota Medan, namun Beliau memilih
menuntut ilmu di Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur. Setelah lulus Beliau sempat
mengajar di Pondok Pesantren Daar El Qolam di Gintung beberapa tahun, kemudian
terpikir untuk membuka pondok pesantren sendiri.
Sekitar tahun 1997, Beliau
mulai membuka pondok pesantren kecil di daerah Cibadak, Rangkas Bitung dengan
nama Pondok Pesantren Manahijussadat. Dengan menempati area kebun kosong seluas
beberapa hektar, pondok kecil itu pun mulai membimbing para santrinya. Tahun
demi tahun pondok itu tumbuh berkembang, seiring dengan jumlah santri yang
bertambah banyak. Kini pada tahun ke-20, pondok itu sudah memiliki 20 kelas
dengan jumlah santri tak kurang dari 700 santri putra dan putri, dengan
pengembangan lokasi pondok sudah hampir mencapai 30 hektar.
Tak puas dengan
kesuksesan membina ratusan santri, sebagai pimpinan pondok, KH Sulaiman Effendi
mencoba membuat terobosan baru dengan berternak sapi. Usaha ini dimulai sejak
lima tahun silam. Awalnya hanya memelihara beberapa ekor sapi, yang dipelihara
dengan cara tradisional. Artinya sapi dipelihara dengan cara diberi makan
rumput yang tumbuh subur di sekitar pondok pesantren. Tak puas dengan metode
ini, Beliau lalu mencoba menggali informasi dari berbagai sumber mengenai cara
berternak sapi yang cepat menghasilkan keuntungan. Dari sumber itulah, akhirnya
terfikir untuk membuat tehnik penggemukkan sapi dengan lebih serius dan
profesional. Maka mulailah dibuat kandang di belakang area pondok, khusus untuk
memelihara sapi.
Kandang itu berukuran lumayan luas, dengan
kapasistas bisa menampung sapi sebanyak 100 ekor. Menjelang Hari Raya Idul Adha
tahun kemarin, jumlah sapi yang berhasil digemukkan dan dijual sudah mencapai
80 ekor. Sedangkan untuk tahun ini, ditargetkan bisa menjual minimal 100 ekor
sapi. Mengenai harga, dipatok Rp. 60.000 per kilo dari bobot sapi. Jadi sebelum
dijual, sapi akan ditimbang terlebih dulu.
Ada hal unik yang patut kita cermati dari
tehnik penggemukan sapi ini. Ternyata tehnik yang digunakan jauh berbeda dengan
tehnik penggemukkan yang biasa dilakukan oleh peternak sapi pada umumnya.
Tehnik yang Beliau gunakan adalah penggemukkan sapi dengan cara herbal.
Artinya, mulai dari makanan sapi dan nutrisi yang diberikan, semuanya berasal
dari bahan herbal. Bahkan dijamin tidak menggunakan bahan kimia sedikitpun.
Sehingga Beliau menegaskan, jika sapinya ini adalah sapi herbal.
Mengenai tehnik perawatan, Beliau pun bersedia
berbagi sedikit cerita. Setiap pagi, sapi-sapi ini selalu dimandikan dan
dibersihkan kandangnya. Setelah itu diberi makan sisa kulit jagung, yang diambil
dari pasar sayur di daerah Rangkasbitung. Pada siang dan sore hari, baru diberi
makan rumput gajah. Selain makanan pokok itu, sapi juga diberi nutrisi tambahan
sekali sehari setiap pagi. Nutrisi yang diberikan berupa ampas olahan kurma
yang sudah dicampur dedak dan cairan limbah sari kurma. Cara memberikannya,
ampas olahan kurma yang sudah dicampur dedak itu, kemudian diberi sedikit
cairan sisa olahan sari kurma, kemudian diaduk dalam ember lalu diminumkan ke
sapi.
Kebutuhan pemakaian ampas olahan kurma yang
sudah berjalan saat ini, untuk 27 ekor sapi yang dipelihara, bisa menghabiskan
1 ton dalam waktu 2-3 minggu. Kedua bahan tersebut ternyata khusus dipesan dari
daerah Bandung, dengan sekali pesan minimal 4 ton.
Foto Ampas Olahan
Kurma Dicampur Dedak
Foto Cairan Sisa Olahan
Sari Kurma
Nutrisi dari ampas olahan kurma dan sisa
olahan sari kurma ini, ternyata sangat efektif membuat sapi menjadi sehat.
Bahkan dalam waktu satu tahun, bisa membuat sapi yang semula kurus menjadi
gemuk serta siap untuk dijual.
Sapi Baru Masuk Kandang
Foto Sapi Sudah Digemukkan
Lebih lanjut KH. Sulaiman Effendi menuturkan,
hasil dari tehnik penggemukan secara herbal ini selain menghasilkan sapi yang
higienis, juga menghasilkan sapi yang memiliki kandungan lemak lebih sedikit
pada dagingnya jika dibandingkan dengan sapi lain. Hal ini sudah terbukti dari
hasil pemotongan pada tahun kemarin.
Untuk mendapatkan sapi yang ingin digemukkan, Beliau
sengaja menghubungi para penjual sapi atau peternak sapi yang gagal menjual
sapinya pada Idul Adha tahun kemarin. Berapapun jumlahnya semua dibeli tanpa
membeda-bedakan jenis sapi. Baik itu Jenis Sapi Brahma, Sapi Bali atau Sapi BX
(campuran), semua dibeli dengan harga pantas. Tentu saja hal ini selain bisa
menolong para peternak yang kesulitan modal dalam merawat sapi-sapinya, juga
sangat memudahkan untuk mendapatkan sapi yang akan digemukkan.
Usaha ini ternyata menuai kesuksesan dengan
keuntungan yang cukup besar. Bahkan mendapatkan perhatian khusus dari bupati
Lebak, sebagai percontohan bagi masyarakat sekitar yang ingin membuka usaha
serupa.
No comments:
Post a Comment