Tuesday, July 31, 2018

PONDOK TAK BOLEH MATI


PEMBUKAAN PEKAN PERKENALAN KHUTBATUL ‘ARSY
PONDOK PESANTREN MODERN MANAHIJUSSADAT
1439 H / 2018 M
Senin, 23 Juli 2018

“PONDOK TAK BOLEH MATI”



Pekan Perkenalan Khutbatul Arsy (APPKA) kerap menyimpan banyak inspirasi. Dari sana terkandung sejumlah referensi untuk dijadikan sumber tulisan, kendati saban tahun apa yang disampaikan selalu sama isinya. Tetapi dalam catatan pelaksanaan PPKA 2018 ini sangat khidmat dan menggetarkan hati, terutama khutbah yang disampaikan Pengasuh Ponpes Manahijussadat KH Sulaiman Effendi. Namanya juga Khutbatul Arsy ya sudah semestinya bahwa kekuatan kegiatan ini subtansinya ada di isi khutbah mudirul ma’had yang wajib didengar dan dirasakan maknanya oleh semua santri. Sementara kegiatan atraksi dan penempilan santri adalah pelengkap yang merupakan implementasi dari apa yang disampaikan oleh pimpinan pondok.


Apa gerangan isi khutbah pagi tadi yang paling menggetarkan hati? Simak baik-baik dan rasakan vibrasi kata-katanya. Kehidmatan dan daya ledaknya ada di akhir khutbah. Sambil menahan tangis, nadanya tinggi menembus ke udara dan lubuk hatinya pun bergetar. Dengan lantang beliau bilang begini; “Walau saya mati, tapi perjuangan tak boleh mati,. Walau Sulaiman mati perjuangan tak boleh mati. Saya boleh mati tapi pondok tak boleh mati!”


Di depan kantor di atas meja tangan saya berhenti menulis, menunduk haru. Ada tangis yang tertahan di sudut mata saya. Sementara pulpen dan kertas putih menjadi saksi merekam untai-untaiannya yang mendebarkan sekaligus memikat hati yang mendengarnya. Demikian bila yang datang dari hati akan berjumpa di hati.


Apa yang disampaikan beliau tidak lepas dari apa yang diuraikan sebelumnya. Di awal sambutanya Pimpinan pondok mengajak kita untuk bersyukur kepada Allah atas pencapaian dan perkembangan pondok. Acara PPKA tahun ini kata beliau serupa apa yang pernah dirasakannya 40 tahun silam saat beliau mondok di Gontor.




"Sewaktu mondok di Gontor Kiai saya mengatakan “Why you come to London If London come to you,“ katanya.
Sekarang, lanjut KH Sulaiman, kehadiranya di acara Perkenalan Khutbatul Arsy seperti berada di pondok Darusalam Gontor. “Why you come to Gontor If Gontor come to you,” ujarnya. Itu maknanya kenapa harus belajar ke Gontor jika apa saja yang ada di Gontor bisa dipelajari di Manahijussadat.
Beliau juga memaparkan tujuan dilaksanakannya PPKA agar santri baru mengenal apa itu pondok, apa itu system pendidikan pondok. Realitanya tidak sedikit orang yang keliru menilai pesantren. Sebagian ada yang mengatakan pesantren itu identik dengan sarung, peci dan ngaji kitab kuning.
“Menilai pondok pesantren itu jangan seperti orang buta meraba gajah,” katanya.
KH Sulaiman menegaskan agar santri jangan terburu-buru menilai pesantren dengan kesimpulan yang tidak benar. Alangkah kelirunya jika santri baru 1 dan 3 hari di pondok sudah berani menilai pondok itu makannya tidak enak, kegiatannya serba antre.
“Padahal hidup di pesantren bukan sekadar untuk makan, tetapi makan untuk hidup agar bisa beribadah dan berjuang. Jika hidup kita untuk makan maka tak ubahnya kita dengan sapi,” tegasnya.
Agar bisa menyimpulkan apa itu pondok pesantren, KH Sulaiman mengajak agar santri jangan berhenti sebelum mendapakan ijazah. “Jika kalian belum betah seminggu, cobalah sebulan. Jika masih belum betah juga sebulan, cobalah setahun. Jika masih belum betah juga setahun coba dua tahun, ......Jika kalian belum betah juga lima tahun cobalah enam tahun,” uajarnya memotivasi.



Di pondok santri akan dibekali ilmu dan keterampilan. Namun yang lebih penting santri harus memiliki mental yang kuat. Agar tidak gamang meraih masa depan dan bermanfaat bagi orang banyak seperti yang telah dilakukan oleh para pejuang dan ulama.
“Raih cita-cita setinggi-tingginya. Hidup sekali hiduplah yang berarti. Apa yang bisa kau perbuat untuk pondokmu. Apa yang bisa kau perbuat untuk negaramu,” imbuhnya.


Karena itu, lanjut KH Sulaiman, keberadaanya di Banten ingin berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat luas yaitu dengan merintis pondok pesantren yang harus terus diperjuangkan hingga akhir hayat.
“Walau saya mati, tapi perjuangan tak boleh mati,. Walau Sulaiman mati, perjuangan tak boleh mati. Saya boleh mati, tapi pondok tak boleh mati!” pungkasnya.(Yudi).





No comments:

Post a Comment