Saturday, April 9, 2016

Khutbatul Arsy



Khutbatul Arsy: Masa Orientasi Pesantren
Belakangan ini fenomena MOS (Masa Orientasi Sekolah) di lembaga pendidikan umum  menjadi sorotan publik dan menuai kritik  dari berbagai lapisan masyarakat. MOS yang semestinya dijadikan instrumen internalisasi nilai-nilai keadaban dan pentingnya orientasi kependidikan malah terdistorsi menjadi ruang perpeloncoan yang disertai kekerasan fisik dan fisikis.
Kegiatan MOS berlangsung saat memasuki tahun ajaran baru. Setiap peserta MOS oleh kakak kelasnya didandani dengan barang-barang yang akan memberikan efek malu. Misalnya para siswa baru mengenakan pita rambut dari tali rapia, membungkus kedua kakinya dengan sepasang kaos kaki yang berbeda warnanya. Mereka digiring dan disuruh berlari, jongkok dan diberi hukuman bagi yang melanggar peraturan.
Kekerasan fisikis juga kerap dirasakan peserta MOS, misalnya dengan cara dibentak, dihina dan ditunjuk-tunjuk. Tak ayal siswa baru dinobatkan sebagai pihak tertindas yang wajib taat terhadap mandat kakak kelasnya. Ragam perpeloncoan dengan berbagai rupa bentuknya harus diikuti dengan perasaan terpaksa. Kegiatan yang nun jauh dari nilai-nilai edukasi yang serta merta menguras tenaga, pikiran dan bahkan uang benar-benar harus ditelan pahit-pahit oleh para siswa baru.
Miris memang baru saja menyandang siswa baru, mereka  harus menerima perilaku kekerasan. Secara psikologis tradisi kekerasan dan perpeloncoan berdampak buruk bagi perkembangan karakter siswa. Terlebih yang paling mengkhawatirkan kekerasan dan perpeloncoan diterima sebagai “warisan budaya” (yang kini tidak sedikit  sudah merenggut nyawa) justru dijadikan ajang balas dendam oleh mereka (siswa baru) di tahun berikutnya.            Buruknya implementasi MOS ditanggapi serius oleh Kementerian Pendidikan Nasional dengan mengeluarkan peraturan pemerintah yang intinya  mengatur mengenai masa orientasi siswa (MOS) agar dilakukan dengan tata cara yang tidak menimbulkan kekerasan dalam bentuk apa pun.
Peraturan pemerintah sejatinya direspon positif oleh penyelenggara pendidikan dengan solusi dan aksi nyata. Sehingga kedepan implementasi MOS fokus mengarahkan siswa baru pada pengenalan lingkungan sekolah dan proses belajar yang baik tanpa ada sedikitpun intimidasi dan kekerasan baik dari panitia penyelenggara MOS maupun kakak kelasnya.
Lemahnya sistem pengawasan dari pihak sekolah dan guru merupakan indikasi sebab terjadinya penyimpangan kegiatan MOS. Menyikapi fenomena buruknya implementasi MOS di sebagian lembaga pendidikan kita, ada baiknya jika kita berkaca pada pelaksanaan Masa Orientasi  Pesantren di kalangan santri di Pondok Pesantren Manahajussadat. Meskipun istilah MOS tidak digunakan di lembaga tersebut. Namun dari sejak pelaksanaan penerimaan siswa (santri) baru hingga masa orientasi santri berakhir kerap dilayani dengan santun dan sarat dengan nilai-nilai edukatif.
Pelaksanaan kegiatan Perkenalan Khutabutul Arsy sebagai salah satu kegiatan Masa Orientasi Pesantren di Pondok Pesantren Modern Manahijussadat.
Pertama, saat santri mendaftarkan diri sebagai calon santri baru lazimnya para pengurus atau santri-santri senior atas bimbingan para guru segera mengantarkan mereka dengan mengenalkan lingkungan pesantren. Mereka diajak melihat asrama, ruang kelas dan berbagai kegiatan akademik dan ekstrakurikuler. Komunikasi antara santri baru dan kakak kelasnya bersifat mengayomi, ramah dan penuh persaudaraan.
Kedua, saat calon santri baru usai mengikuti ujian test dan resmi diterima (lulus) di pondok pesantren. Para santri baru itu segera disambut dengan gembira oleh para santri senior yang menjabat sebagai pengurus organisasi santri. Mereka diantarkan ke asramanya masing-masing. Di setiap asrama para santri baru diberi keterampilan akademik dan ekstrakurikuler, misalnya latihan berbahasa arab dan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pengembangan minat dan bakat santri.
Ketiga, selama berlangsungnya kegiatan khutabtul arsy, para santri baru tidak mengunakan atribut-atribut seperti umum pelaksanakan MOS di sekolah umum. Tidak ada perpeloncoan dan kekerasan baik fisik maupun fisikis. Para santri hanya mengenakan seragam sekolah. Pelaksanaan masa orientasi  pesantren galibnya disebut Pekan Perkenalan Khutbatul Arsy, yaitu ceramah yang langsung disampaikan oleh pimpinan pondok (Kiayi) selama tiga hari berturut-turut membahas tentang sejarah berdirinya pondok, sistem pendidikan pesantren, kegiatan-kegiatan organisasi pesantren dan tujuan santri belajar di pondok.
Keempat, selama berlangsungnya acara Khutbatul Arsy para santri mengikuti berbagai kegiatan berupa perlombaan-perlombaan edukatif yang diselenggarakan para pengurus yang mayoritas dijabat oleh kakak-kakak kelasnya
Kelima, puncak kegiatan masa orientasi pesantren atau penutupan pelaksanaan pekan khutabul arsy dimeriahkan dengan kegiatan Pagelaran Malam Seni Santri. Kegiatan tersebut digelar untuk memperkenalkan seni dan budaya daerah para santri baru yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu kegiatan seni budaya ini menunjukkan bahwa keberagaman budaya atau multi kultural menjadi perekat umat yang dilandasi nafas keislamaan. Sehingga bangsa yang menganut falsafah bhineka tunggal ika ini tetap harmoni dalam balutan ukhuwah islamiyah yang berasaskan takwa.
Hal itu dilandasi al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 13 menegaskan pentingnya berta’aruf dengan keragaman budaya (multicultural), “Wahai manusia! Sungguh Kami telah menciptakan seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”
Masa orientasi pesantren yang populer disebut Pekan Khutbaul Arsy  berorientasi kepada tujuan pendidikan yakni menciptakan peserta didik yang bertakwa, mandiri dan kreatif. Pondok pesantren menjadi salah satu rujukan buat penyelenggara pendidikan di Indonesia dalam upaya menumbuhkan pendidikan karakter dan akhlak. Selama ini kita tak pernah mendengar ada tawuran dan perkelahiran antar pesantren. Karena kita tahu pesantren tak pernah memproduksi perpeloncoan dan kekerasaan. (Y/N).


No comments:

Post a Comment