Ahmad Muzaki Haetami:
Saya Punya Target Tiga Tahun Bekerja di Korea
Meninggalkan tanah
kelahiran demi mencari pengalaman kerja di luar negeri merupakan pilihan yang
mesti direncanakan secara matang. Selain
diperlukan persiapan mental dan menguasai kemampuan bekerja di suatu bidang
tertentu, penguasaan bahasa asing juga menjadi bagian penting yang tidak boleh
diabaikan.
Hal itu dialami Amy demikian
biasa disapa, saat memutuskan bekerja di luar negeri. Pria jebolan Pesantren Modern
Manahijussadat ini sempat mengikuti
kursus bahasa Korea, mempelajari budaya dan kuliner negara tersebut. Alumnus Pontren
Manahijussadat angkatan 11 Elgramator ini sudah bekerja selama 6 bulan di Korea.
Ia juga berharap sepulangnya dari negeri gingseng bisa mewujudkan cita-citanya di
Indonesia menjadi pengusaha di bidang kuliner.
“Saya punya target 3 tahun bekerja di Korea.
Jujur saja saya pribadi yang sangat tidak suka menjadi orang gajian. Saya lebih
suka merdeka jadi pengusaha. Insya Allah jika sudah cukup modal saya akan
berwirausaha di bidang kuliner,” ungkap pemilik nama lengkap Ahmad Mudzakki
Haitami Hamdi Noer Aliy.
Apa dan bagaimana
pengalaman Amy selama bekerja di Korea?
Apa alasan antum memilih bekerja di Korea?
Alasan saya bekerja di Korea karena butuh pengalaman dan
ilmu baru. Selain itu gaji di Korea relatif besar dibanding negara-negara Asia lainnya.
Rencana saya jika memiliki modal yg cukup saya ingin berwirausaha pengusaha di
tanah kelahiran saya.
Apa saja yang antum persiapkan sebelum bekerja
di Korea?
Hal yang harus dipersiapkan untuk bekerja di
Korea, antara lain, pertama, harus mampu berbahasa Korea. Kedua, harus memiliki
biaya besar untuk ongkos dan pengurusan
dokumen seperti pembuatan passpor,visa, medical ceck up dan lain lain. Ketiga,
kesiapan mental dan fisik.
Antum bekerja di perusahan apa?
Saya bekerja dibidang makanan atau kuliner.
Bagaimana kehidupan budaya masyarakat di
Korea?
Di Korea, disiplin sudah menjadi budaya
masyarakat. Misalnya saja disiplin bekerja, disiplin waktu makan, disiplin
kebersihan, dan lain-lain. Budaya disiplin sudah ditanamkan sejak dini dilingkungan
keluarga. Masyarakat di sana selalu taat dalam hal apapun tanpa ada perintah dari
siapa pun. Kesadaran disiplin
banar-benar tumbuh dari kesadaran diri sendiri.
Bagaimana dengan gaya hidup remaja dan pemuda
di sana?
Dalam berpakaian dan bergaul mereka cenderung
bebas. Gaya hidup remaja dan pemuda di Korea tidak terlalu baik karena
bertentangan dengan ajaran Islam. Akan tetapi anak muda di sini (Korea) sangat taat pada peraturan keluarga dan sekolah. Mereka taat kepada
orang tua dan guru.
Sebagai alumni pesantren, apakah antum merasa
bangga bisa hidup mandiri di luar negeri?
Saya santri yang pernah dididik di Pesantren Manahijussadat, saya yakin bisa
hidup di mana saja. Dengan bekal ilmu yang saya peroleh di pondok, saya jadi percaya diri, tidak terlalu
canggung dengan disiplin dan dalam hal apapun. Selain itu kemampuan bahasa Inggris yang pernah saya pelajari di pondok terbukti membantu saya
berkomunikasi dengan sebagian warga Korea. Karena selama ini bahasa Inggris sudah menjadi bahasa dunia. Saya bangga
menjadi alumni pondok. Dari sanalah saya mendapatkan ilmu dan bisa hidup dimana
saja.
Apa rencana antum setelah berhenti bekerja di
Korea?
Saya punya target 3 tahun bekerja di Korea.
Jujur, saya tidak suka menjadi orang gajian. Saya lebih suka merdeka dengan
berwirausaha dibanding menjadi pegawai. Jika modalku cukup untuk berbisnis,
Saya akan langsung pulang ke Indonesia. Saya berencana bisnis di bidang
kuliner.
Pesan antum buat santri-santri Manahij?
Safir Tajid ‘iwadlon ‘ammantufariquhu wan shob
fainna ladzidzal ‘aisyi fin nashobi,
merantaulah kamu, niscaya kamu akan mendapatkan dari apa yang kamu tinggalkan. Dan berjuanglah dengan sungguh-sungguh, karena manisnya hidup itu ada dalam kesungguhan.
No comments:
Post a Comment