Monday, April 11, 2016

Kiprah Alumni



Ahmad Muzaki Haetami:
Saya Punya Target  Tiga Tahun Bekerja di Korea

Meninggalkan tanah kelahiran demi mencari pengalaman kerja di luar negeri merupakan pilihan yang mesti direncanakan secara matang.  Selain diperlukan persiapan mental dan menguasai kemampuan bekerja di suatu bidang tertentu, penguasaan bahasa asing juga menjadi bagian penting yang tidak boleh diabaikan.
Hal itu dialami Amy demikian biasa disapa, saat memutuskan bekerja di luar negeri. Pria jebolan Pesantren Modern Manahijussadat  ini sempat mengikuti kursus bahasa Korea, mempelajari budaya dan kuliner negara tersebut. Alumnus Pontren Manahijussadat angkatan 11 Elgramator ini sudah bekerja selama 6 bulan di Korea. Ia juga berharap sepulangnya dari negeri gingseng bisa mewujudkan cita-citanya di Indonesia menjadi pengusaha di bidang kuliner.
“Saya punya target 3 tahun bekerja di Korea. Jujur saja saya pribadi yang sangat tidak suka menjadi orang gajian. Saya lebih suka merdeka jadi pengusaha. Insya Allah jika sudah cukup modal saya akan berwirausaha di bidang kuliner,” ungkap pemilik nama lengkap Ahmad Mudzakki Haitami Hamdi Noer Aliy.
Apa dan bagaimana pengalaman Amy selama bekerja di Korea?
Apa alasan antum memilih bekerja di Korea?
Alasan saya  bekerja di Korea karena butuh pengalaman dan ilmu baru. Selain itu gaji di Korea relatif besar dibanding negara-negara Asia lainnya. Rencana saya jika memiliki modal yg cukup saya ingin berwirausaha pengusaha di tanah kelahiran saya.
Apa saja yang antum persiapkan sebelum bekerja di Korea?
Hal yang harus dipersiapkan untuk bekerja di Korea, antara lain, pertama, harus mampu berbahasa Korea. Kedua, harus memiliki biaya  besar untuk ongkos dan pengurusan dokumen seperti pembuatan passpor,visa, medical ceck up dan lain lain. Ketiga, kesiapan mental dan fisik.
Antum bekerja di perusahan apa?
Saya bekerja dibidang makanan atau kuliner.
Bagaimana kehidupan budaya masyarakat di Korea?
Di Korea, disiplin sudah menjadi budaya masyarakat. Misalnya saja disiplin bekerja, disiplin waktu makan, disiplin kebersihan, dan lain-lain. Budaya disiplin sudah ditanamkan sejak dini dilingkungan keluarga. Masyarakat di sana selalu taat dalam hal apapun tanpa ada perintah dari siapa pun. Kesadaran  disiplin banar-benar tumbuh dari kesadaran diri sendiri.
Bagaimana dengan gaya hidup remaja dan pemuda di sana?
Dalam berpakaian dan bergaul mereka cenderung bebas. Gaya hidup remaja dan pemuda di Korea tidak terlalu baik karena bertentangan dengan ajaran Islam.  Akan tetapi anak muda di sini (Korea) sangat taat pada peraturan keluarga dan sekolah. Mereka taat kepada orang tua dan guru.
Sebagai alumni pesantren, apakah antum merasa bangga bisa hidup mandiri di luar negeri? 
Saya santri yang pernah dididik di Pesantren Manahijussadat, saya yakin bisa hidup di mana saja. Dengan bekal ilmu yang saya peroleh di pondok, saya jadi percaya diri, tidak terlalu canggung dengan disiplin dan dalam hal apapun.  Selain itu kemampuan bahasa Inggris yang pernah saya pelajari  di pondok terbukti membantu saya berkomunikasi dengan sebagian warga Korea. Karena selama ini bahasa Inggris sudah menjadi bahasa dunia. Saya bangga menjadi alumni pondok. Dari sanalah saya mendapatkan ilmu dan bisa hidup dimana saja.
Apa rencana antum setelah berhenti bekerja di Korea?
Saya punya target 3 tahun bekerja di Korea. Jujur, saya tidak suka menjadi orang gajian. Saya lebih suka merdeka dengan berwirausaha dibanding menjadi pegawai. Jika modalku cukup untuk berbisnis, Saya akan langsung pulang ke Indonesia. Saya berencana bisnis di bidang kuliner.
Pesan antum buat santri-santri Manahij?
Safir Tajid ‘iwadlon ‘ammantufariquhu wan shob fainna  ladzidzal ‘aisyi fin nashobi, merantaulah kamu, niscaya kamu akan mendapatkan dari apa yang kamu tinggalkan. Dan berjuanglah dengan sungguh-sungguh, karena manisnya hidup itu ada dalam kesungguhan.

No comments:

Post a Comment