Tuesday, April 5, 2016

PESANTREN DAN KADERISASI KEMANDIRIAN



PESANTREN DAN KADERISASI KEMANDIRIAN
Oleh Ustadz Hasan Asyari, S.Pd.I, M.Pd.
(Direktur Tarbiyatul Mu’alimn Al Islamiyah (TMI) Pontren Manahijussadat Serdang)

  
Pendidikan adalah usaha sadar memberi pengaruh pada peserta didik yang sengaja direncanakan dengan suatu sistem yang mapan agar anak didik dapat berkembang kemampuan berfikir, fisik dan moralnya dengan tujuan agar anak didik dapat mandiri dengan sejumlah modal keterampilan hidup berupa  kemandirian, berfikiran luas, berbadan sehat dan punya jiwa dedikasi yang tinggi terhadap bangsa, negara dan agamanya.
Dalam hal ini kurikulum sebagai lokomotifnya haruslah sesuai dengan hal tersebut di atas karena kurikulumlah yang yang akan menjawab semua kompetensi yang didalamnya memuat pedoman, metoda, proses, penilaian dan kompetensi out putnya.
Oleh sebab itu kurikulum harus dirancang berdasarkan budaya bangsa, letak geografis suatu bangsa, iklim, potensi dan sumber daya alam dan juga agama yang dianut, karena dari sinilah bermuara suatu karakter bangsa sebagai nilai dari suatu proses pendidikan. Sinkronisasi ini tidaklah bisa dibuat berdasarkan keinginan suatu pihak melainkan harus dirumuskan bersama oleh berbagai unsur.
Dalam segi keagamaan khususnya Islam, pesantren lebih banyak ikut andil dalam proses pendidikan Islam karena di dalamnya ada muatan kurikulum yang dirancang secara spesifik dan sungguh-sungguh untuk mengejawantahan ajaran dan nilai-nilai Islam, walaupun setiap ganti menteri berganti juga kurikulum. Namun dalam dunia pesantren yang spesifik ini tetap tidak berubah. Karena pesantren selain kekhasannya dalam kurikulum keagamaan juga mendidik anak secara integriti melalui kehidupan sehari-hari. Sejatinya pendidikan itu untuk menjadikan manusia sebagai hamba Allah yang taat beribadah berdasarkan ketentuan-Nya dan rasul-Nya. Termasuk juga sebagai warga negara yang harus tunduk dan patuh pada pemerintah, hukum dan undang-undang yang berlaku.



Dalam sistem pendidikan pesantren, peserta didik (santri) tidak dapat disamakan dengan sekolah umum yang waktu belajar dan berinteraksi dengan gurunya selama 8 jam sehari, sedangkan pesantren satu kali 24 jam, mereka full berada dalam lingkungan yang tersistem berinteraksi dengan guru, teman sejawat dan lingkungan yang steril dari nilai dan pengaruh yang negatif dengan sejumlah kegiatan mulai bangun tidur sampai tidur lagi sehingga tidak ada waktu yang tidak berarti, tidak ada kegiatan yang sia-sia melainkan penuh muatan pendidikan. Apa yang mereka lihat, yang mereka dengar, yang mereka kerjakan, yang mereka bicarakan dan bahkan apa yang mereka pikirkan semua itu tidak terlepas dari unsur- unsur nilai pendidikan yang kelak akan mewarnai kehidupan mereka.
Dalam hal ini kehidupan di pesantren seperti miniatur kehidupan bermasyarakat yang sebenarnya, secara terstruktur melalui dari Kiyai yang berperan sebagai pimpinan paling tinggi, dibantu oleh para dewan guru dengan berbagai jabatan yang diamanatkan seperti fungsi direktur TMI yang berperan sebagai wakil pimpinan dalam pendidkan dan pengajaran, bagian pengasuhan yang berperan sebagai pengatur kehidupan  sehari-hari di asrama yang berkaitan dengan keamanan, bagian pengajaran yang berperan untuk mengatur kehidupan santri dalam urusan kegiatan belajar dan mengajar, bagian kesehatan yang berfungsi mengurusi santri yang berkaitan dengan kesehatan, bagian minat dan bakat yang berfungsi untuk mengurusi santri dalam hal minat dan bakatnya dalam kegiatan ekstra kurikuler, bagian Lembaga Tilawatil Qur’an yang berjanggungjawab mengurusi santri dalam hal sholat berjama’ah dan baca Al-Qur’an dan lain-lain, tidak saja pada level tenaga pendidik yang punya struktur, juga pada level santri juga tersistem kehidupan yang terorganisir dengan baik yang mengatur kehidupan santri di asrama dengan segala kegiatan mulai bagun tidur sampai tidur lagi yang berhubungan dengan disiplin keseharian, bahkan santri juga terlibat dalam ekonomi pesantren yang punya kontribusi  pada pembangunan pondok secara fisik.
Urusan keseharian mereka di pondok diatur oleh organisasi santri sendiri yang disebut Organisasi Pelajar Pesantren Manahijussadat (OPPM) yang mengatur disiplin, ibadah, pramuka, bahasa, kegiatan ekstrakulikuler, kantin dan kooperasi yang bergerak di bidang ekonomi pesantren, sehingga disamping mereka belajar dan menimba berbagai ilmu mereka juga terlibat secara langsung dalam kepengurusan pondok dan mengatur sistem ekonominya.
Dengan sistem kemandirian ini pondok dapat berkembang secara fisik dengan kemandiriannya karena santrilah yang bergerak tanpa melibatkan karyawan atau pelayan yang harus dibayar dengan sejumlah uang, sehingga kalau dikalkulasikan biaya operasional pondok dengan jumlah uang masuk dari iuran santri yang hanya cukup untuk biaya makan pasti nihil bahkan minus. Namun kenyataannya pesantren tetap eksis berkiprah dalam proses mendidik generasi anak bangsa walaupun terkadang mendapat bantuan dari pemerintah yang jauh dari cukup. Jadi, pesantren disamping mengajarkan ilmu pengetahuan dan transpormasi nilai budaya dan agama juga terlibat langsung mendidik anak tentang kehidupan yang terpola dan  terencana. Santri tidak sekadar  diajarkan teori tentang kehidupan melainkan membuat kehidupan itu menjadi kebiasaan agar kelak mereka menjadi manusia yang dapat hidup mandiri, berkepribadian yang baik dengan berbekal ilmu dan keterampilan sehingga berguna bagi bangsa, negara dan agama.
Dengan pendidikan sistem berasrama ini segala unsur pendidikan dapat diwujudkan secara terencana melalui unsur pokok pendidikan yaitu, pertama, peran orangtua, dalam hal ini digantikan oleh dewan guru yang sudah siap mengabdiakan diri sebagai pengganti orangtua para santri yang tinggal bersama mereka di dalam pondok.
Kedua, unsur lingkungan digantikan dengan kampus pesantren yang dirancang hanya untuk kepentingan pendidikan. Ketiga, unsur masyarakat, yaitu teman mereka di asrama dan dalam kelas yang semuanya homogen dalam kehidupan berdisiplin yang banyak memberi pengaruh pada pembentukkan watak anak didik.
Keempat, unsur asrama, inilah yang berperan penting dalam memengaruhi kehidupan seseorang,  sehingga   pesantren disamping berperan mengajari bagaimna cara hidup yang baik dan benar juga berperan sebagai pengkaderan dilihat dari keikutsertaan para santri dalam mengasuh yuniornya melalui program organisasi santri seperti OPPM. Melalui sistem kaderisasi dan kemandirian santri, diharapkan para alumninya mampu berkiprah di masyarakat  luas dan majemuk.


No comments:

Post a Comment