PESANTREN
DAN KADERISASI KEMANDIRIAN
Oleh Ustadz Hasan
Asyari, S.Pd.I, M.Pd.
(Direktur Tarbiyatul Mu’alimn Al Islamiyah (TMI)
Pontren Manahijussadat Serdang)
Pendidikan
adalah usaha sadar memberi pengaruh pada peserta didik yang sengaja
direncanakan dengan suatu sistem yang mapan agar anak didik dapat berkembang
kemampuan berfikir, fisik dan moralnya dengan tujuan agar anak didik dapat
mandiri dengan sejumlah modal keterampilan hidup berupa kemandirian, berfikiran luas, berbadan sehat
dan punya jiwa dedikasi yang tinggi terhadap bangsa, negara dan agamanya.
Dalam
hal ini kurikulum sebagai lokomotifnya haruslah sesuai dengan hal tersebut di
atas karena kurikulumlah yang yang akan menjawab semua kompetensi yang didalamnya memuat pedoman, metoda, proses, penilaian
dan kompetensi out putnya.
Oleh
sebab itu kurikulum harus dirancang berdasarkan budaya bangsa, letak geografis
suatu bangsa, iklim, potensi dan sumber daya alam dan juga agama yang dianut,
karena dari sinilah bermuara suatu karakter bangsa sebagai nilai dari suatu
proses pendidikan. Sinkronisasi ini tidaklah bisa
dibuat berdasarkan keinginan suatu pihak melainkan harus dirumuskan bersama
oleh berbagai unsur.
Dalam
segi keagamaan khususnya Islam, pesantren lebih banyak ikut andil dalam proses
pendidikan Islam karena di dalamnya ada muatan kurikulum yang dirancang secara
spesifik dan sungguh-sungguh untuk mengejawantahan ajaran dan nilai-nilai
Islam, walaupun setiap ganti menteri berganti juga kurikulum. Namun dalam dunia pesantren yang spesifik ini tetap
tidak berubah. Karena pesantren selain kekhasannya dalam kurikulum keagamaan
juga mendidik anak secara integriti melalui kehidupan sehari-hari. Sejatinya
pendidikan itu untuk menjadikan manusia sebagai hamba Allah yang taat beribadah berdasarkan ketentuan-Nya dan rasul-Nya. Termasuk juga sebagai warga negara yang harus tunduk dan patuh pada pemerintah,
hukum dan undang-undang yang berlaku.
Dalam
sistem pendidikan pesantren, peserta didik (santri) tidak dapat disamakan dengan
sekolah umum yang waktu belajar dan berinteraksi dengan gurunya
selama 8 jam sehari, sedangkan pesantren satu kali 24
jam, mereka full berada dalam lingkungan yang tersistem
berinteraksi dengan guru, teman sejawat dan lingkungan yang steril dari nilai
dan pengaruh yang negatif dengan sejumlah kegiatan mulai bangun tidur sampai
tidur lagi sehingga tidak ada waktu yang tidak
berarti, tidak ada kegiatan yang sia-sia melainkan penuh muatan pendidikan. Apa
yang mereka lihat, yang mereka dengar, yang mereka kerjakan, yang mereka
bicarakan dan bahkan apa yang mereka pikirkan semua itu tidak terlepas dari
unsur- unsur nilai pendidikan yang kelak akan mewarnai kehidupan mereka.
Dalam
hal ini kehidupan di pesantren seperti miniatur kehidupan bermasyarakat yang
sebenarnya, secara terstruktur melalui dari Kiyai yang berperan sebagai
pimpinan paling tinggi, dibantu oleh para dewan guru dengan berbagai jabatan
yang diamanatkan seperti fungsi direktur TMI yang berperan sebagai wakil
pimpinan dalam pendidkan dan pengajaran, bagian pengasuhan yang berperan
sebagai pengatur kehidupan sehari-hari
di asrama yang berkaitan dengan keamanan, bagian pengajaran yang berperan untuk
mengatur kehidupan santri dalam urusan kegiatan belajar dan mengajar, bagian
kesehatan yang berfungsi mengurusi santri yang berkaitan dengan kesehatan,
bagian minat dan bakat yang berfungsi untuk mengurusi santri dalam hal minat
dan bakatnya dalam kegiatan ekstra kurikuler, bagian Lembaga Tilawatil Qur’an
yang berjanggungjawab mengurusi santri dalam hal sholat berjama’ah dan baca
Al-Qur’an dan lain-lain, tidak saja pada level tenaga pendidik yang punya
struktur, juga pada level santri juga tersistem kehidupan yang terorganisir
dengan baik yang mengatur kehidupan santri di asrama dengan segala kegiatan
mulai bagun tidur sampai tidur lagi yang berhubungan dengan disiplin keseharian,
bahkan santri juga terlibat dalam ekonomi pesantren yang punya kontribusi pada pembangunan pondok secara fisik.
Urusan
keseharian mereka di pondok diatur oleh organisasi santri sendiri yang disebut
Organisasi Pelajar Pesantren Manahijussadat (OPPM) yang mengatur disiplin,
ibadah, pramuka, bahasa, kegiatan ekstrakulikuler, kantin dan kooperasi yang
bergerak di bidang ekonomi pesantren, sehingga disamping mereka belajar dan
menimba berbagai ilmu mereka juga terlibat secara langsung dalam kepengurusan
pondok dan mengatur sistem ekonominya.
Dengan
sistem kemandirian ini pondok dapat berkembang secara fisik dengan kemandiriannya
karena santrilah yang bergerak tanpa melibatkan karyawan atau pelayan yang
harus dibayar dengan sejumlah uang, sehingga kalau dikalkulasikan biaya
operasional pondok dengan jumlah uang masuk dari iuran santri yang hanya cukup
untuk biaya makan pasti nihil bahkan minus. Namun
kenyataannya pesantren tetap eksis berkiprah dalam proses mendidik generasi
anak bangsa walaupun terkadang mendapat bantuan dari pemerintah yang jauh dari
cukup. Jadi, pesantren disamping mengajarkan ilmu pengetahuan dan transpormasi
nilai budaya dan agama juga terlibat langsung mendidik anak tentang kehidupan
yang terpola dan terencana. Santri tidak
sekadar diajarkan teori tentang
kehidupan melainkan membuat kehidupan itu menjadi kebiasaan agar kelak mereka
menjadi manusia yang dapat hidup mandiri, berkepribadian yang baik dengan
berbekal ilmu dan keterampilan sehingga berguna bagi bangsa, negara dan agama.
Dengan
pendidikan sistem berasrama ini segala unsur pendidikan dapat diwujudkan secara
terencana melalui unsur pokok pendidikan yaitu, pertama, peran orangtua, dalam
hal ini digantikan oleh dewan guru yang sudah siap mengabdiakan diri sebagai
pengganti orangtua para santri yang tinggal bersama mereka di dalam pondok.
Kedua, unsur lingkungan digantikan dengan kampus pesantren yang
dirancang hanya untuk kepentingan pendidikan. Ketiga, unsur masyarakat, yaitu teman mereka di asrama dan dalam
kelas yang semuanya homogen dalam kehidupan berdisiplin yang banyak memberi
pengaruh pada pembentukkan watak anak didik.
Keempat, unsur asrama, inilah yang
berperan penting dalam memengaruhi kehidupan seseorang, sehingga
pesantren disamping berperan
mengajari bagaimna cara hidup yang baik dan benar juga berperan sebagai pengkaderan
dilihat dari keikutsertaan para santri dalam mengasuh yuniornya melalui program
organisasi
santri seperti OPPM. Melalui
sistem kaderisasi dan kemandirian santri, diharapkan para alumninya mampu
berkiprah di masyarakat luas dan majemuk.
No comments:
Post a Comment