Ciri Guru Bertaqwa
Ust. Yudi Nurhadi, S.Ag (Ustadz di Pondok Pesantren Modern Manahijussadat)
Lembaga pendidikan pondok pesantren, sangat
ditentukan oleh kesungguhan para guru dalam mendidik santri-santrinya. Hasil
dari pendidikan itu akan menjadi
investasi berharga bagi kehidupan para guru maupun santri baik di dunia dan di akhirat. Demikian
hal itu disampaikan pimpinan pondok KH Sulaiman Effendi dalam acara kumpul
Kamisan di Masjid At-Ta’awun Ponpes Manahijussadat, Cibadak Lebak, beberapa waktu lalu.
KH Sulaiman mengatakan, mengingat pendidikan
adalah proses pembentukan dan pengembangan kapasitas intelektual dan
kejiwaan sesuai dengan potensi setiap
individu. Maka pendidikan dapat diibaratkan sebagai proses pertumbuhan tanaman
yang membutuhkan lahan yang subur, bibit yang baik, perawatan yang teratur dan
berkelanjutan.
“Pondok harus mampu memberikan suasana
kondusif agar santri dapat bertumbuh kembang dengan baik dan guru berperan
sebagai pembimbing dan fasilitator yang menumbuhkembangkan santri-santrinya,”
katanya.
Karena itu, lanjut KH Sulaiman, peran guru
sangat urgen dalam membina dan mengembangkan kualitas karakter santri.Para guru
hendaknya membekali diri dengan keimanan dan ketakwaan. Syarat menjadi guru
yang baik harus memiliki sifat takwa yang ciri-cirinya termaktub dalam Alquran
surat Ali ‘Imran: 134-135.
Ciri guru yang bertakwa, pertama, gemar
menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit. Infak dan sedekah
guru dalam dunia pendidikan tidak serta merta harus berupa harta, tetapi
tenaga, pikiran dan ketekunan mengajar, membimbing serta dapat menginspirasi
santri-santrinya menjadi pribadi yang mandiri, berilmu pengetahuan, dan
berakhlakul karimah.
Dalam keadaan susah maupun senang guru yang
istiqomah nilai takwanya tidak akan surut menyedekahkan tenaga dan pikirannya untuk
membimbing santri-santrinya. Saat guru merasa lelah berbuat kebaikan, renungkanlah
kata-kata hikmah dari Khalifah Umar bin Khathab, “Bila kita merasa letih dengan
kebaikan, sungguh keletihan itu akan hilang dan kebaikan akan kekal. Bila kita
bersenang-senang dengan dosa, maka kesenangan itu akan hilang dan dosa yang
akan kekal.”
Kedua, guru yang bertakwa yaitu yang sanggup
menahan amarah. Dalam bertindak sejatinya guru mengendepankan kasih sayang dan
kelembutan. Bila ada santri-santri yang melanggar disiplin, pemberian sanksi/hukuman
selalu bernilai edukatif.
Ketiga, Guru yang bertakwa harus memiliki
sifat pemaaf kepada siapapun, terlebih kepada murid-muridnya. Memaafkan
kesalahan orang lain karena khilaf maupun sengaja adalah kemulian. Memaafkan
orang yang meminta maaf menjadi salah satu tanda ketakwaan kita kepada Allah.
Dengan memaafkan kesalahan murid, setidaknya guru telah memberikan teladan yang
baik.
Keempat, ciri guru yang bertakwa yaitu
selalu memohon ampuan Allah. Guru selalu menyadari bahwa dirinya adalah manusia
yang kerapkali khilaf dan tidak terlepas
dari dosa. Karena itu, bersegera beristigfar, memohon ampun kepada Allah adalah
wasilah bertakarub kepada-Nya. Memohon ampun atas dirinya dan atas kekhilafan murid-muridnya. Dengan
memperbanyak istigfar menjadikan hati sang guru kian menyadari untuk tidak
melakukan kesalahan serupa.
Terakhir, profesi guru baik dalam mendidik
maupun mengajar semata-mata diniatkan sebagai amal saleh dan investasi di dunia
maupun di akhirat. Yakinlah amal kebaikan kita selalu dilihat dan dinilai oleh
Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin.
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ
وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah: 105).