Tuesday, March 28, 2017

DO'A DAN USAHA



DO’A DAN USAHA
Tajul Mu’arif (Penulis adalah kader Pontren Manahijussadat, saat ini sedang melanjutkan studinya di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir).


2011, di tahun itulah saya pertama kalinya menginjakkan kaki di Pondok Pesantren Manahijussadat. Dengan segala rasa keterpaksaan saya mentaati titah dari orang tua, karena sesungguhnya saya masuk pesantren didasari oleh keinginan orang tua saya sendiri bukan karena keinginan pribadi.

Ketika awal masuk pesantren saya sangat menyadari bahwa saya banyak memilki kekurangan, bahkan kasur dan lemari saja saya belum memilikinya. Tapi saya hanya pasrah menjalani itu semua, karena saya percaya bahwa Allah akan selalu menolong hamba-Nya. Ditahun pertama saya ditempa dengan semua kegiatan pondok pesantren yang padat, dari mulai bangun dari tempat tidur sampai kembali ke tempat tidur lagi, semuanya tertata dan tertib.
Para dewan guru yang amat baik kepada saya dan teman-teman semua ketika saya masih baru, mereka selalu memberikan saya suntikan semangat, begitu pun kakak kelas saya, mereka tampak hebat nan wibawa, dan pada saat itulah saya mulai ingin menjadi seperti mereka. Kita semua di gembleng agar mau bicara berbahasa Arab dan Inggris dalam setiap pekannya, walaupun pada kenyataanya bahasa Arab lebih mengungguli dari pada bahasa Inggris bagi kalangan santri putra, tapi disitulah saya mulai menemukan kecintaan dan rasa ketertarikan kepada bahasa Arab.
Saya mulai menghafal banyak kosa kata dari dua bahasa asing tersebut, bahkan buku kosa kata kakak kelas saya saja saya salin dan saya hafalkan, karena di masa itulah saya merasakan ada sesuatu yang menaik saya untuk terjun kedalamnya. Kegiatan yang saya lakukan itu bukan hanya di dasari rasa suka kepada bahasa, tapi karena saya juga ingin menghilangkan rasa ketidak betahan saya yang kadang suka datang tiba-tiba.  


Saya sadari bahwa menjalani hidup di pesantren itu tidaklah mudah, dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran setiap harinya. Kita bukan hanya berhadapan dengan pelajaran, tetapi juga tentang kehidupan, bagaimana hidup, berteman, menghargai sesama dan sebagainya,

Ada salah seorang ustadz yang mana Beliau ini begitu baik dan perhatian kepada saya, beliau pun sempat bercerita tentang Universitas yang ada di luar negeri. Maka mulai pada saat itulah saya tertarik untuk melanjutkan study saya di salah satu universitas di Madinah, saya meminta beliau untuk mencetak gambar universitas tersebut dan akhirnya saya mendapatkannya. Saya tempel gambar itu di pintu lemari bagian dalam sebelah kanan dan saya mulai menulis cita-cita dan keinginan saya di masa mendatang. Setelah saya menuliskan semua itu saya semakin sering berdoa dan berusaha lebih keras dari yang lainya.
Tak terasa Alhamdulillah tahun pertama dan kedua saya lewati dengan  penuh cerita dan kenangan indah. Saya sedikit banyaknya mengerti tentang apa itu pendidikan. Ketika saya di kelas 5 TMI, saya yang masuk pondok dari kelas 1 Extension (sederajat SMA) bersama teman yang lain akhirnya di pertemukan dengan teman-teman yang dari kelas 1 biasa (sederajat SMP). Di kelas 5 inilah kita mulai diberikan amanah untuk menjadi pengurus bagi para santri, karena Pak Kiyai sering bilang “jika kalian siap dipimpin, maka kalian pun harus siap memimpin”.  Itulah ucapan yang sering saya dengar, kita menjadi pengurus selama satu tahun, banyak kegiatan yang kita adakan, dan semua kegiatan itu bertujuan untuk meningkatkan skill dan pengembangan bakat mereka.
Setelah lengser dari kepengurusan kita pun naik ke tingkat akhir yaitu kelas enam, untuk menuju kelulusan itu sangatlah tidak mudah, banyak perjuangan, manis, pahit dan suka duka yang tidak bisa dilupakan, mulai dari hafalan, khutbah jumat, khutbah kemasyarakatan, amaliyah tadris dan dan di susul oleh ujian yang lain.

Alhamdulillah semua ujian bisa kita lewati semua, tapi cita-cita dan harapan saya di zaman dulu yang sempat saya abaikan kembali terngiang di otak. Karena sebenarnya saya tidak pernah mengabaikanya, saya selalu panjatkan doa disetiap saya selesai bermunajat kepada-Nya. Hingga akhirnya tiba masa kelulusan, di mana saya diwisuda.
Setelah diwisuda saya pun diminta oleh pondok untuk mengabdikan diri saya di sana, tapi takdir berkata lain, saya di bawah kendali Allah SWT dibawa ke Mesir yang terkenal dengan Al-Azhar dan piramidanya. Padahal bukan hanya itu saja yang menarik, masih lebih banyak lagi hal menarik dari selain itu.

Saya cuma bisa mengambil sebuah i’tibar bahwa doa dan usaha itu tidak akan menipu. Man Jadda Wajada. Saafir tajid iwadhon amman tufariquhu, wanshob fainna ladzidal ‘aisyi finnasab.



No comments:

Post a Comment