Wednesday, August 23, 2017

Cerpen

Kembalilah Wanita Terhebatku
Oleh Salsabila Rahman
 
           Ketika kicau dan senandung burung meramaikan suasana di pagi hari, daun yang bergesekan melantunkan simponi merdu seperti nada yang indah. Matahari mulai menampakkan bias sinarnya dari ufuk timur, pertanda sang fajar mulai datang. Tetapi kabut masih menemani dinginnya pagi.
        Lagi dan lagi untuk kesekian harinya pagi ini tanpa Ibu. Tak ada yang menyiapkanku sarapan pagi, tak ada aroma nasi goreng atau telur dadar dipagi hari seperti kebanyakan rumah di sekelilingku. Aku rindu saat Ibu menyambut pagiku dengan hangat. Menyiapkan sarapan, menyiapkan seragam yang akan kukenakan saat Sekolah Dasar. Dulu yaa… itu dulu.
         Namaku Kayla, umurku saat ini menginjak 17 tahun, aku duduk di akhir Sekolah Menengah Atas. Hidupku yang sangat sederhana membuatku kehilangan wanita terhebatku. Ah.. tidak ! wanita yang aku ragukan kehebatannya. Ibu pergi saat aku duduk di kelas 5 Sekolah Dasar, Ibu pergi meninggalkan aku dan Ayah, ibu pergi karena tidak tahan dengan keadaan keluarga kami. Iya kami miskin, Ibu selalu menyalahkan keadaan, menyalahkan Tuhan dan menyalahkan Ayah. Ibu bilang, ia akan kembali menemuiku setelah Ibu mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan adil untuk membahagiakanku.
            Kepergian Ibu membuatku sungguh tersiksa, di setiap pagi ku tanya pada Ayah.
“Yah.. kapan ibu pulang? Sudahkah ibu menemukan kehidupan yang ia mau? Yah.. aku rindu Ibu.. aku butuh Ibu”. Ayah memandangku sendu dan terkadang Ayah menjawab
“Ibu pasti pulang, sabar ya.. “. Aku tahu setelah umurku yang sudah bisa dibilang dewasa ini, aku mengerti bahwa menjadi Ayah pun tak mudah. Aku tahu ayah pun rindu Ibu bahkan ayah tak henti-hentinya menyalahkan dirinya yang membiarkan Ibu pergi karena Ayah tak mampu memberikan kebahagiaan yang Ibu mau. Maka sejak saat itu aku tak pernah mau lagi menambah beban Ayah dengan pertanyaan yang tak pasti jawabannya.

********
Di Sekolah
Bunda.. engkaulah muara kasih dan sayang apapun akan kau lakukan untuk anakmu yang tersayang.. “. Sambil menulis catatan fisika aku menyanyikan lagu Evi Sukaesih yang berjudul Muara Kasih.
“Kayla suara kamu bagus deh, coba dong nyanyi lagi enak banget didengarnya,” ujar teman sebangkuku Ria.
“Ah masa iya Ria? hmm engga lah aku malu,” kataku tersipu malu.
“Heh Kayla.. kamu kalau punya bakat jangan dipendam. Seharusnya kamu harus semakin mengembangkan bakat nyanyimu itu. Bagaimana kalau kamu ikut audisi Teen Idol, aku yakin kamu punya potensi untuk menang. Dapat masuk Tv dan dikenal oleh banyak orang. Ayo dong Kayla kamu coba daftar dan ikut audisi, kan tidak ada salahnya mencoba,” kata Ria dengan penuh semangat.
“Kalau aku terkenal dan masuk Tv, Ibu pasti liat aku, Ibu pasti bangga,” lamunku
“Hey Kayla.. malah bengong, bagaimana menurut kamu?  sore ini aku temani kamu deh, ayo dong mau kan? Kan kalo kamu terkenal aku juga bisa ikutan terkenal tuh.. hehehe”.
“Eh..hemm iya Ria, aku mau. Semoga aku bisa ya..”
        Matahari menggantung di ujung barat, tinggal sisa-sisa mega membentang mewarnai langit senja. Aku dan Ria baru saja pulang dari tempat audisi dilaksanakan, aku lulus audisi pertama dan masuk ke babak selanjutnya. Tak lepas bibir ini dari senyuman merekah dan ucapan syukur karna aku tahu sebentar lagi aku akan menemukan lagi kebahagiaanku. Ibu aku akan membuat keadaan ini menjadi lebih baik, aku harap ibu kembali.
       Berbagai audisi telah aku lewati, aku masuk ke 3 besar setelah beberapa peserta mampu kukalahkan. Malam ini, malam penentuanku. Aku akan bernyanyi lagu tentang Bunda yang ku persembahkan untuk Ibu.
“Baiklah pemirsa.. inilah Kayla Rahmania yang akan membawakan lagu Muara kasih dari Evi Sukaesih”
         Bait demi bait lagu itu ku lantunkan dan tanpa sadar air mata ini tak dapat ku tahan lagi, sangat ku hayati lagu ini mencurahkan segenap perasaanku untuk Ibu. Audience pun ikut menangis saat aku menyanyikan lagu itu. Dalam harap aku berdo’a semoga Ibu melihatku malam ini, membuat ibu bangga dan kembali pada kami. Setelah lagu selesai kunyanyikan tepuk tangan sangat gemuruh dari audience membuatku lega, ah rasanya tak menyangka bisa berdiri dan menyanyi di depan ribuan orang seperti ini. Ini bukan mimpi ini nyata.
“Kayla sungguh luar biasa! hmm saya ikut menangis saat kamu bernyanyi. Apakah ada sesuatu dibalik lagu tersebut sehingga membuat kamu pun menangis? Tanya host kepadaku.
“lagu ini untuk Ibu, semoga Ibu dengar, semoga Ibu nonton Kayla dan semoga Ibu bangga sama kayla. Kayla rindu Ibu”.
“Maaf Kayla, saya yakin Ibu anda sekarang bangga melihat Kayla berdiri disini menjadi 3 besar Teen Idol. Kayla kami sudah tahu sedikit tentang kisah Anda. Jika Ibumu melihat kamu sekarang apa yang ingin kamu katakan pada Ibu?”
“Ibu kembali bersama kami bu.. ayah pun merindukan Ibu. Sekarang keadaan sudah membaik, nasib kita tak lagi seperti dulu. Maka kembalilah bu, aku rindu Ibu”. Tak tahan aku menahan tangisku, sehingga aku menangis sejadi-jadinya. Audience pun ikut menangis melihatku.
“Kayla.. lihatlah kebelakang, siapakah yang ada di sana?” ujar host dengan suara teduh, menggetarkan hatiku.
Ibu .. benarkah itu Ibu? Ya Allah itu Ibu.. mimpikah aku.. ibu kembali. Jeritku dalam hati
“Ibuuuu… !! jeritku. Saat itu kupeluk erat tubuh yang tak lagi kencang itu, aku menangis terharu bahagia dipundaknya.
        Ternyata tim Teen Idol mencari tahu keberadaan Ibu, ternyata Ibu hidup sebatangkara di desa terpencil, Ibu terlalu takut dan malu untuk kembali kepada kami. Ibu merasa berdosa telah meninggalkan aku dan Ayah demi mencari kebahagiaan yang sempurna, kecukupan ekonomi dan lain-lain. Tapi kenyataannya hidup Ibu makin susah, Ibu pun merasa malu dan takut untuk kembali, sehingga Tim Teen Idol membawa Ibu kepadaku lagi. Mewujudkan mimpiku untuk kembali bersama Ibu.
          Sejahat apapun Ibu, Dia tetaplah wanita terhebaatku. Takkan kubiarkan Ibu pergi lagi, karena saatnya aku yang memberian kebahagiaan untuknya.
Ibu.. aku tak pernah benci, sampai detik ini kau masih wanita terhebatku.

Penulis adalah santriwati kelas 6 Ponpes Manahijussadat


No comments:

Post a Comment