Tuesday, August 22, 2017

Pramuka dan Pendidikan Karakter

Pramuka dan Pendidikan Karakter

Oleh Ustadz Yudi Nurhadi, S.Ag

Saban tahun Pondok Pesantren Modern Manahijussadat Cibadak Lebak menggelar perlombaan Pramuka tingkat SD, SMP/MTs, SMA/MA maupun antarpondok pesantren se-Banten dan sekitarnya seperti Bogor, Sukabumi, hingga Sumatera. Kegiatan  lomba Pramuka itu dinamai Galang Tegak Scout Competition (GGS-C) dan Perkemahan Milad serta selalu diikuti banyak peserta.
Di Banten hampir jarang ditemukan event lomba Pramuka dihadiri banyak kontingen, namun Ponpes Manahijussadat dengan solid dan kerja keras panitianya mampu menjaring antusiame ribuan peserta untuk hadir mengikuti ajang lomba tersebut. Memang, Ponpes Manahijussadat setiap menyelenggarakan lomba Pramuka senantiasa sukses menggaet banyak peserta. Rahasianya tentu bukan semata-mata faktor fasilitas, suguhan mata lomba atau mewah piala, melainkan yang utama adalah sportivitas dan objektivitas  penilaian rangkaian lomba.  Sejumlah alasan itulah yang menarik simpatik para peserta mengikuti perlombaan Pramuka di Ponpes Manahijussadat.
Disadari bahwa perlombaan Pramuka hanya sebagai media menggairahkan kembali tumbuhnya kreativitas, keterampilan dan memupuk semangat bertanding. Dari ajang tersebut mental-mental petarung diwadahi dengan sejumlah daya kreativitas, keterampilan dan pengetahuan. Petarung yang bukan sekadar mengalahkan lawan, tetapi petarung yang isi pikiran dan raganya diperkaya dengan nilai-nilai sportivitas dan integritas. Sportivitas dan integritas merupakan esensi pendidikan kepramukaan yang dapat membentuk karakter siswa menjadi siswa sejati. Yaitu siswa yang berisi spiritual, intelektual dan emosional. Bukan siswa yang mengedepankan sensasi, yang hanya menempatkan  juara, piala dan seabreg penghargaan  sebagai tujuan utama.


Menyaksikan betapa banyaknya jumlah peserta di ajang lomba Pramuka di Ponpes Manahijussadat. Saya jadi tertarik menguraikan bahwa kegiatan-kegiatan kepramukaan senyatanya bermanfaat untuk membentuk karakter siswa. Hal itu dapat dilihat dari  kegiatan Pramuka baik di sekolah-sekolah maupun saat ajang perlombaan banyak menyuguhkan kegiatan edukatif dan kreatif yang tidak saja memancing ketangkasan dan mengembangkan bakat siswa, tetapi utamanya kegiatan kepramukaan memiliki daya pengaruh bagi kemandirian dan karakter siswa.
Pembentukan karakter siswa bisa terwujud manakala pendidikan kepramukaan  merujuk pada sepuluh pilar yang termaktub dalam dasadharma,  yaitu: (1)Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, (3) Patriot yang sopan dan kesatria,(4) Patuh dan suka bermusyawarah, (5) Rela menolong dan tabah, (6) Rajin,terampil dan gembira. (7) Hemat, cermat dan bersahaja, (8) Disiplin, berani dan setia, (9) Bertanggung jawab dan dapat dipercaya, 10. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
Sepuluh pilar Dasa Dharma Pramuka di atas tidak bertentangan dengan agama apa pun serta selaras dengan nilai-nilai budaya kita. Pesan moral dari dasa dharma bukan sekadar titah dan sabda, melainkan  dipraktikkan dalan kehidupan sehari-hari. Karena itu upaya mengimplementasikan dan mempengaruhi karakter siswa, apa  yang terkandung dalam Dasa Dharma itu realisasikan dalam pendidikan kepramukaan melalui berbagai kegiatan dan keterampilan.
Kegiatan kepramukaan dapat berhasil menciptakan peserta didik yang berkarakter jika pada proses pendidikannya tidak hanya mengembangkan teknik kepramukaan (tekpram) semata, tetapi juga dikembangkan kemampuan, ketrampilan dan sikap berorganisasi. Dalam organisasi akan diterapkan rasa bertanggungjawab dan prinsip-prinsip manajemen atau pengelolaan organisasi seperti perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan/penggerakan (actuating) dan pengawasan (controlling). Disamping itu, wadah organisasi juga menjadi media pengembangan kepribadian dan kepemimpinan.

Di sisi lain kegiatan Pramuka kerapkali dilakukan secara berkelompak yang sejatinya akan menguatkan kepekaan sosial dan jalinan kebersamaan. Melalui kegiatan yang dibangun secara kelompok ini –sebagaimana hasil penelitian Robin Dunbar– dapat memicu pelepasan endorfin, senyawa kimia yang menimbulkan perasaan senang, dan meningkatkan ikatan dengan orang sekitar sehingga dapat menanamkan nilai-nilai luhur dan betapa penting proses ini untuk “kohesivitas sosial” (kerapatan anggota komunitas).
Jadi, kegiatan Pramuka memang kegiatan yang penuh kegembiraan tanpa harus mengabaikan nilai dan norma. Dalam suasana riang tidak sulit akan tercipta keakraban sosial, saling bahu membahu, tolong menolong tanpa ada sekat SARA (suku, agama, ras dan antargolongan) dan sejenisnya. Pada akhirnya kegiatan pramuka adalah medium pendidikan yang paling menyenangkan. Di sana nilai-nilai kebajikan ditumbuhkan dan syiarkan. Di sana pula akan tumbuh santri-santri sejati yang mendahulukan esensi bukan sensasi, mengedepankan integritas dan martabat.

Melalui kegiatan Pramuka pendidikan karakter tidak bersifat abstrak tetapi dipraktikan dalam lingkungan sekolah, teman sepermainan, keluarga dan sebagainya. Sehingga pendidikan karakter yang mencakup nilai-nilai inti (core values) yang secara umum mempunyai sifat- sifat berikut: layak dipercaya (trustworthiness), saling menghormati (respect), bertanggung jawab (responsibility),bersikap adil (fairness), merasa senasib dan peduli (caring), serta menjadi warga negara yang baik (citizenship), akan tumbuh di benak para siswa.
Jika kegiatan Pramuka  itu erat relevansinya dengan pendidikan karakter,maka hal itu selaras dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salam pramuka!

Penulis adalah Pengajar Ponpes Manahijussadat Cibadak-Lebak


No comments:

Post a Comment