Pramuka dan Pendidikan Karakter
Oleh Ustadz Yudi Nurhadi, S.Ag
Saban tahun Pondok Pesantren Modern
Manahijussadat Cibadak Lebak menggelar perlombaan Pramuka tingkat SD, SMP/MTs,
SMA/MA maupun antarpondok pesantren se-Banten dan sekitarnya seperti Bogor,
Sukabumi, hingga Sumatera. Kegiatan lomba Pramuka itu dinamai Galang Tegak Scout
Competition (GGS-C) dan Perkemahan Milad serta selalu diikuti banyak peserta.
Di Banten hampir jarang ditemukan event lomba Pramuka
dihadiri banyak kontingen, namun Ponpes Manahijussadat dengan solid dan kerja
keras panitianya mampu menjaring antusiame ribuan peserta untuk hadir mengikuti
ajang lomba tersebut. Memang, Ponpes Manahijussadat setiap menyelenggarakan
lomba Pramuka senantiasa sukses menggaet banyak peserta. Rahasianya tentu bukan
semata-mata faktor fasilitas, suguhan mata lomba atau mewah piala, melainkan
yang utama adalah sportivitas dan objektivitas
penilaian rangkaian lomba.
Sejumlah alasan itulah yang menarik simpatik para peserta mengikuti
perlombaan Pramuka di Ponpes Manahijussadat.
Disadari bahwa perlombaan Pramuka hanya sebagai
media menggairahkan kembali tumbuhnya kreativitas, keterampilan dan memupuk
semangat bertanding. Dari ajang tersebut mental-mental petarung diwadahi dengan
sejumlah daya kreativitas, keterampilan dan pengetahuan. Petarung yang bukan
sekadar mengalahkan lawan, tetapi petarung yang isi pikiran dan raganya
diperkaya dengan nilai-nilai sportivitas dan integritas. Sportivitas dan
integritas merupakan esensi pendidikan kepramukaan yang dapat membentuk
karakter siswa menjadi siswa sejati. Yaitu siswa yang berisi spiritual,
intelektual dan emosional. Bukan siswa yang mengedepankan sensasi, yang hanya menempatkan
juara, piala dan seabreg penghargaan sebagai tujuan utama.
Menyaksikan betapa banyaknya jumlah peserta di
ajang lomba Pramuka di Ponpes Manahijussadat. Saya jadi tertarik menguraikan
bahwa kegiatan-kegiatan kepramukaan senyatanya bermanfaat untuk membentuk
karakter siswa. Hal itu dapat dilihat dari
kegiatan Pramuka baik di sekolah-sekolah maupun saat ajang perlombaan
banyak menyuguhkan kegiatan edukatif dan kreatif yang tidak saja memancing
ketangkasan dan mengembangkan bakat siswa, tetapi utamanya kegiatan kepramukaan
memiliki daya pengaruh bagi kemandirian dan karakter siswa.
Pembentukan karakter siswa bisa terwujud
manakala pendidikan kepramukaan merujuk
pada sepuluh pilar yang termaktub dalam dasadharma, yaitu: (1)Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
(2) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, (3) Patriot yang sopan dan
kesatria,(4) Patuh dan suka bermusyawarah, (5) Rela menolong dan tabah, (6) Rajin,terampil
dan gembira. (7) Hemat, cermat dan bersahaja, (8) Disiplin, berani dan setia, (9)
Bertanggung jawab dan dapat dipercaya, 10. Suci dalam pikiran, perkataan dan
perbuatan.
Sepuluh pilar Dasa Dharma Pramuka di atas tidak
bertentangan dengan agama apa pun serta selaras dengan nilai-nilai budaya kita.
Pesan moral dari dasa dharma bukan sekadar titah dan sabda, melainkan dipraktikkan dalan kehidupan sehari-hari. Karena
itu upaya mengimplementasikan dan mempengaruhi karakter siswa, apa yang terkandung dalam Dasa Dharma itu
realisasikan dalam pendidikan kepramukaan melalui berbagai kegiatan dan
keterampilan.
Kegiatan kepramukaan dapat berhasil menciptakan
peserta didik yang berkarakter jika pada proses pendidikannya tidak hanya
mengembangkan teknik kepramukaan (tekpram) semata, tetapi juga dikembangkan
kemampuan, ketrampilan dan sikap berorganisasi. Dalam organisasi akan
diterapkan rasa bertanggungjawab dan prinsip-prinsip manajemen atau pengelolaan
organisasi seperti perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengarahan/penggerakan (actuating) dan pengawasan (controlling). Disamping itu,
wadah organisasi juga menjadi media pengembangan kepribadian dan kepemimpinan.
Di sisi lain kegiatan Pramuka kerapkali dilakukan
secara berkelompak yang sejatinya akan menguatkan kepekaan sosial dan jalinan
kebersamaan. Melalui kegiatan yang dibangun secara kelompok ini –sebagaimana
hasil penelitian Robin Dunbar– dapat memicu pelepasan endorfin, senyawa kimia
yang menimbulkan perasaan senang, dan meningkatkan ikatan dengan orang sekitar
sehingga dapat menanamkan nilai-nilai luhur dan betapa penting proses ini untuk
“kohesivitas sosial” (kerapatan anggota komunitas).
Jadi, kegiatan Pramuka memang kegiatan yang
penuh kegembiraan tanpa harus mengabaikan nilai dan norma. Dalam suasana riang
tidak sulit akan tercipta keakraban sosial, saling bahu membahu, tolong
menolong tanpa ada sekat SARA (suku, agama, ras dan antargolongan) dan
sejenisnya. Pada akhirnya kegiatan pramuka adalah medium pendidikan yang paling
menyenangkan. Di sana nilai-nilai kebajikan ditumbuhkan dan syiarkan. Di sana pula
akan tumbuh santri-santri sejati yang mendahulukan esensi bukan sensasi,
mengedepankan integritas dan martabat.
Melalui kegiatan Pramuka pendidikan karakter
tidak bersifat abstrak tetapi dipraktikan dalam lingkungan sekolah, teman
sepermainan, keluarga dan sebagainya. Sehingga pendidikan karakter yang
mencakup nilai-nilai inti (core values) yang secara umum mempunyai sifat- sifat
berikut: layak dipercaya (trustworthiness), saling menghormati (respect),
bertanggung jawab (responsibility),bersikap adil (fairness), merasa senasib dan
peduli (caring), serta menjadi warga negara yang baik (citizenship), akan
tumbuh di benak para siswa.
Jika kegiatan Pramuka itu erat relevansinya dengan pendidikan
karakter,maka hal itu selaras dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salam
pramuka!
Penulis adalah Pengajar Ponpes Manahijussadat Cibadak-Lebak
No comments:
Post a Comment