Saatnya
Alumni Berkiprah
Oleh
Dedi Setiadi
Man jadda wajada
(Siapa bersungguh-sungguh, dia akan berhasil), Man shobaro zhofira (Siapa bersabar, dia akan beruntung), Man sara ‘ala ad-darbi washala (Siapa
berjalan pada jalannya, dia akan sampai). Inilah beberapa kata mutiara yang
masih melekat di benak alumni maupun santri ketika mondok di pesantren,
sederhana tapi memiliki makna yang sangat subtansial. Saat itu seluruh santri
baru pasti diajarkan tiga kata “sakti” di atas. Dipaksa menghafalkannya beserta
artinya. Kala itu, tiga kata sakti ini masih sebatas “hafalan” belaka, belum
terasa dan terlihat jelas apa makna dan maksud tujuannya. Tapi saat lulus dan
menjadi alumni barulah sadar bahwa tiga kata sakti ini adalah bekal spirit
dalam menjalani setiap realita berkehidupan.
Saat menjelang kelulusan santri tingkat
akhir, KH Sulaiman Effendi sering kali berceramah memberikan bekal agar para
santrinya kelak selamat dunia dan
akhirat dalam menjalani kehidupan di luar lingkungan pesantren. Pesannya “jadilah manusia yang bermanfaat,
amalkan segala ilmu yang telah ditimba selama belajar di pesantren”. Saat
itulah kita sadar bahwa kita sudah ada di penghujung masa pendidikan. Apa yang
kita alami dalam menjani disiplin selama di Pesantren, apa yang kita pelajari
dari kitab-kitab gundul bukan lagi sebatas hafalan yang akan diujikan lisan
atau tulisan, tapi merupakan bekal praksis hidup dalam berkiprah di masyarakat
dan lingkungan sosialnya.
Minggu lalu tepatnya pada Ahad, 9
April 2017 Ikatan Keluarga Alumni Manahijussadat (IKAM) mengadakan sebuah acara
berkonsep talk show bertema “Inspiring Day”. Dalam acara ini IKAM mengundang
beberapa alumni dari berbagai profesi (polisi, dosen, aktivis bahasa, aktivis
mahasiswa, dan aktivis lingkungan dan masyarakat). Meraka bercerita akan
perjalanan hidup dan kiprahnya di masyarakat saat ini. Sungguh pengalaman dan
kisah mereka patut diacungi jempol, apa yang dulu hanya sebatas hafalan, kini
sudah terjawantah dalam sebuah laku berkehidupan.
Memang, inilah yang diharapkan oleh Mudirul
Ma’had, agar para santri dan alumni sebisa mungkin mengabil peran di
masyarakat dan menjadi insan yang bermanfaat. Selain itu Pimpinan Ponpes
Manahijussadat juga berpesan agar alumni terus menjaga dan menjalin tali
silaturahim antar sesama alumni pesantren.
Sejatinya menjadi alumni adalah sesuatu
yang membanggakan, ada sekian album dan kenangan yang tak lekang untuk
diuraikan selama saat menjadi santri. Kehidupan pertemanan di pesantren merupakan
teman seperjuangan “senasib dan sependeritaan”. Selama menuntut ilmu di
pesantren, susah-senang dialami bersama, hal inilah kemudian yang membentuk
sebuah ikatan emosional yang kuat antar alumni pesantren. Selamat berikiprah!
No comments:
Post a Comment